Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berdaya Tular Tinggi, Berikut Fakta Omicron BN.1 yang Ditemukan di Indonesia

Indonesia melaporkan 20 kasus Covid-19 subvarian Omicron BN.1. Subvarian baru ini memiliki daya penularan tinggi.
Ilustrasi Omicron./Antara
Ilustrasi Omicron./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut bahwa Covid-19 subvarian Omicron BN.1 telah masuk ke Indonesia. Setidaknya terdapat 20 kasus BN.1 yang tersebar di 6 provinsi Indonesia. 

"BN.1 merupakan subvarian baru setelah XBB.1 dan BQ.1 dan sudah ada kasusnya di Indonesia. Subvarian baru itu ada semua, masih [Omicron] semua," ujar Nadia di Gedung Kemenkes, Jakarta Selatan, Kamis (8/12/2022). 

Berikut fakta Covid-19 Omicron subvarian BN.1

Melansir dari CBS News, BN.1 merupakan subvarian Omicron yang pertama kali ditemukan pada September 2022.

Para ilmuwan menyebut, BN.1 merupakan keturunan dari varian Covid-19 terdahulu, yakni subvarian BA.2.75 yang mayoritas ditemukan di Eropa dan Asia. 

Tim peneliti menemukan fakta bahwa subvarian BN.1 menjadi jenis Covid-19 dengan kemampuan untuk menghindari imunitas tubuh dengan sangat baik dan kemampuan penularan yang tinggi. Hal ini diketahui setelah para peneliti melakukan pengujian dengan menggunakan alat dari Bloom Lab di Fred Hutchinson Cancer Center. 

Selain itu, BN.1 juga dapat membawa perubahan yang dijuluki sebagai substitusi R34G6. Mutasi pada spike protein itu diketahui dapat menurunkan efektivitas obat vaksin Covid-19 pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang cenderung lemah. 

Hingga akhir November 2022, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyebut bahwa subvarian BN.1 telah mendominasi sekitar 4,3 persen kasus Covid-19 yang terjadi di Amerika Serikat (AS). 

Pejabat CDC Natalie Thornburg mengatakan, jumlah kasus Covid-19 subvarian BN.1 diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga dua kali lipat dalam kurun waktu dua pekan. 

Meskipun prediksi tersebut belum dapat dipastikan, Natalie menyebut bahwa tren kenaikan kasus Covid-19 subvarian BN.1 ini diperkirakan memang akan terjadi di sejumlah wilayah di AS. 

Oleh karena itu, pihaknya hingga saat ini masih melakukan pemantauan terhadap mutasi subvarian BN.1. Menurutnya, belum ada data yang cukup untuk memastikan kemampuan transmisi dan keparahan dari subvarian baru ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper