Bisnis.com, JAKARTA -- Hasil survei yang dirilis oleh Indikator Politik menarik untuk disimak. Apalagi survei itu menunjukkan adanya titik jenuh terhadap tingkat elektabilitas milik dua tokoh yakni Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Prabowo dan Ganjar adalah dua kandidat yang digadang-gadang dekat dengan istana. Ganjar saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah dan Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan.
Di sisi lain, calon presiden dari Partai NasDem Anies Baswedan tren elektabilitasnya terus naik. Anies berpotensi menyalip Ganjar dan sudah melampaui Prabowo. Artinya jika kedua tokoh ini tidak memiliki inovasi atau tetap mempertahankan cara yang biasa dalam komunikasi politiknya.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi adanya perubahan komposisi elektabilitas itu terjadi karena adanya peralihan pemilih dari Prabowo ke Anies.
“Jadi ketika Anies naik, sebagian mengambil dari captive pemilih Pak Prabowo. Jadi polanya gini, Anies naik, Pak Prabowo turun” ujar Burhanuddin saat pemaparan hasil survei secara daring, Kamis (1/12/2022).
Sekadar catatan, dalam simulasi pemilih calon presiden (capres) dengan 33 nama, Ganjar berada di urutan pertama dengan memperoleh 25,9 persen suara. Anies menyusul di urutan kedua dengan perolehan 23,6 persen suara. Urutan ketiga ada Prabowo yang meraih 16,1 persen suara.
Baca Juga
Selanjutnya adalah Ridwan Kamil (7,8 persen) dan Agus Harimurti Yudhoyono (3,9 persen). Sedangkan sisa nama lainnya memperoleh kurang dari 2 persen suara.
Meskipun elektabilitas Ganjar masih yang tertinggi, tetapi jika dibandingkan survei sebelumnya, mengalami penurunan. Pada survei September, Ganjar memperoleh 28,4 persen suara atau ada penurunan 2,5 persen suara.
Setali tiga uang, pada survei September, Prabowo memperoleh 17,4 persen suara. Artinya adalah elektabilitas Menhan menurun 1,3 persen.
Cerita berbeda dialami Anies, yang malah mengalami peningkatan elektabilitas. Pada survei September, dia memperoleh 18,6 persen suara. Artinya, ada penambahan 5 persen suara.
Survei Indikator ini diselenggarakan pada 30 Oktober hingga 5 November 2022 dengan jumlah sampel 1.220 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Sampel dipilih menggunakan teknik multistage random sampling, dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen.