Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menilai Hari Pahlawan harus dimaknai dengan konteks kekinian.
Alasannya adalah Indonesia tengah menghadapi tiga tantangan kebangsaan yakni, bonus demografi, disrupsi, dan ketidakpastian situasi global.
Tantangan yang ditimbulkan dari kehadiran bonus demografi, kata Moeldoko, adalah tingginya tenaga kerja dengan pendidikan menengah ke bawah, dan daya saing tenaga kerja yang relatif rendah, di mana pada 2020, Indonesia menempati posisi ke 40 dari 63 negara dalam IMD World Competitivenes.
“Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan program kartu-kartu pintar mulai SD sampai perguruan tinggi. Pemerintah juga menerapkan merdeka belajar dan kampus merdeka. Ini semua untuk mempersiapkan kehadiran bonus demografi,” katanya dalam webinar Ikatan Alumni Universitas Terbuka (IKA-UT), bertema Kepahlawanan dalam Rangka Meningkatkan Semangat Kebangsaan, dikutip dari pernyataan resmi, Kamis (10/11/2022).
Tantangan kedua, adalah terjadinya disrupsi di segala bidang di antaranya teknologi informasi, kesehatan, keuangan, dan pertahanan. Moeldoko menilai, disrupsi telah memunculkan pasar baru dan menggantikan berbagai hal terdahulu dengan sistem yang lebih sempurna.
“Perlu ide baru yang dijalankan dengan cara-cara baru untuk mensikapi ini. Kalau idenya baru, caranya masih kebiasaan lama, ya sama saja,” ujarnya.
Panglima TNI 2013-2015 ini juga mengingatkan soal tantangan ketidakpastian situasi global akibat pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya tuntas. Kondisi ini diperburuk lagi oleh perang Rusia-Ukraina yang menimbulkan dampak luar biasa.
“Sekarang bangsa-bangsa di dunia dihadapkan pada ancaman krisis ekonomi, energi, pangan dan keuangan. Bagaimana dengan Indonesia? Untuk saat ini kondisi kita masih relatif baik. Ekonomi masih tumbuh, harga-harga terkendali, inflasi kita juga masih terjaga. Ini menunjukkan Indonesia punya daya tahan,” imbuhnya.
Menghadapi tiga tantangan kebangsaan tersebut, sambung Moeldoko, Indonesia butuh pemimpin yang berani bergerak dari zona nyaman, mampu memotivasi, dan berani membuat perbedaan. Sebabnya adalah kondisi global saat ini tidak bisa diprediksi karena perubahannya sangat cepat, penuh risiko, banyak kerumitan, dan kejutan.
“Jika kita tidak bergerak atau mampu memotivasi orang yang dipimpin, dan membuat perbedaan, maka kita akan tertinggal jauh dengan negara lain. Sekarang ini yang dibutuhkan kecepatan,” pungkas Moeldoko.