Bisnis.com, JAKARTA - Rusia memerintahkan warga sipil untuk segera meninggalkan daerah di sepanjang tepi timur Sungai Dnipro, di Kherson, Ukraina, pada Selasa (1/11/2022).
Atas perintah tersebut, Kyiv mengatakan bahwa evakuasi yang diminta itu seperti pengusiran secara paksa.
Adapun Rusia juga sebelumnya telah memerintahkan warga sipil untuk keluar dari daerah yang dikendalikan Rusia yang berada di tepi barat sungai tersebut. Meski begitu, Ukraina telah maju selama beberapa pekan terakhir untuk terus berupaya merebut kembali kota Kherson.
Pejabat Rusia juga mengatakan pada Selasa (1/11/2022) bahwa perintah tersebut diperluas agar warga sipil juga meninggalkan zona penyangga 15 km di sepanjang tepi timur.
Pihak Ukraina menegaskan bahwa perintah evakuasi tersebut yakni deportasi secara paksa dan sebuah kejahatan perang.
Sementara itu, Kepala Provinsi Kherson, Vladimir Saldo mengatakan akan membawa warga sipil ke tempat yang aman, karena risiko Ukraina menggunakan senjata yang tidak konvensional.
"Karena kemungkinan penggunaan metode perang yang dilarang oleh rezim Ukraina, serta informasi bahwa Kyiv sedang mempersiapkan serangan rudal besar-besaran di stasiun pembangkit listrik tenaga air Kakhovka, ada bahaya langsung di wilayah Kherson yang dibanjiri," Vladimir Saldo.
Menurutnya, keputusan memperluas zona evakuasi akan membuat pertahanan berlapis untuk mengusir serangan Ukraina.
"Keputusan (untuk memperluas zona evakuasi) akan memungkinkan untuk menciptakan pertahanan berlapis untuk mengusir serangan Ukraina dan melindungi warga sipil," lanjutnya, seperti dilansir Channel News Asia pada Rabu, (2/11/2022).
Pihak berwenang Rusia yang berada di Kherson juga menyampaikan bahwa evakuasi distrik Kakhovka, dekat dengan stasiun pembangkit listrik tenaga air Nova Kakhovka, akan dimulai pada Minggu (6/11/2022).
Sebelumnya, Moskow menuduh Kyiv berencana menggunakan bom kotor atau bahan radioaktif untuk menyebarkan radiasi, atau meledakkan bendungan untuk membanjiri kota-kota dan desa-desa di provinsi Kherson.
Kyiv mengatakan tuduhan seperti itu di wilayahnya adalah tidak masuk akal, justru Rusia mungkin merencanakan tindakan itu sendiri dan menyalahkan Ukraina.
Diketahui, tepi Sungai Dnipro telah menjadi salah satu wilayah paling penting bagi kedua negara, selama delapan bulan sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina.
Sementara itu, 7 kota di tepi timur yang sekarang akan dievakuasi, terdiri dari pemukiman penduduk utama di sepanjang bentangan sungai tersebut.