Bisnis.com, JAKARTA – Korea Utara menembakkan dua rudal yang diduga rudal balistik jarak pendek pada pagi ini, Sabtu (1/10/2022), menambah rangkaian peluncuran yang dimulai pada akhir September.
Dilansir dari Yonhap News, militer Korea Selatan melaporkan Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke Laut Timur pada hari Sabtu, kata militer Korea Selatan. Ini merupakan peluncuran rudal keempat Korut dalam waktu kurang dari sepakan.
Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS) mengatakan pihaknya mendeteksi peluncuran dari daerah Sunan di Pyongyang antara pukul 6.45 dan 7.03 waktu setempat.
"Sambil memperkuat pemantauan dan kewaspadaan kami, militer kami mempertahankan postur kesiapan penuh dalam kerja sama erat dengan Amerika Serikat," kata JCS dalam pesan teks dikutip Yonhap.
Peluncuran terbaru ini merupakan kelanjutan provokasi sebelumnya pada hari Minggu, Rabu dan Kamis pekan ini. Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang menggelar latihan antikapal selam di perairan internasional Laut Timur pada hari Jumat (30/9).
Ketiga negara telah memperkuat koordinasi keamanan bilateral dan trilateral di tengah kekhawatiran bahwa Korea Utara dapat meningkatkan ketegangan dengan melakukan uji coba nuklir atau tindakan provokatif lainnya.
Peluncuran rudal tersebut juta bertepatan dengan kunjungan Wakil Presiden AS Kamala Harris ke Jepang dan Korea Selatan.
Dilansir Bloomberg, dalam kunjungannya ke Zona Demiliterisasi yang memisahkan Korsel dan Korut, Harris memperingatkan Korea Utara agar tidak meningkatkan ketegangan dan meminta Kim Jong-un untuk kembali melanjutkan pembicaraan perlucutan senjata nuklir yang terhenti.
AS, Korea Selatan, dan Jepang semuanya mengatakan bahwa Pyongyang sedang bersiap untuk melakukan uji coba nuklir pertamanya dalam lima tahun.
Sepanjang tahun 2022, Kim Jong-un telah menembakkan lebih banyak rudal balistik daripada tahun-tahun sebelumnya dalam dekade kekuasaannya. Dia telah menguji roket yang dirancang untuk menghindari pencegat yang dioperasikan AS, meningkatkan ancaman serangan nuklir yang kredibel terhadap AS dan sekutunya di Asia.
Dorongan AS untuk mengisolasi Rusia atas perang Vladimir Putin di Ukraina, ditambah dengan meningkatnya permusuhan terhadap China, telah memungkinkan Kim untuk memperkuat penangkal nuklirnya tanpa takut menghadapi lebih banyak sanksi di Dewan Keamanan PBB.
Hampir tidak ada kemungkinan Rusia atau China, yang memiliki hak veto di dewan, akan mendukung tindakan apa pun terhadap Korea Utara, seperti yang mereka lakukan pada tahun 2017 setelah serangkaian uji coba senjata yang memicu amarah mantan Presiden AS Donald Trump.
Kedua negara pada akhir Mei memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang dirancang oleh AS untuk meningkatkan sanksi terhadap Korea Utara atas uji coba rudal balistiknya tahun ini.