Bisnis.com, JAKARTA – Informasi terkait kepulangan eks Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa mencuat di lini media massa. Setelah melarikan diri dan lepas tangan atas krisis hebat yang melanda Sri Lanka, apa yang melatar belakangi kepulangannya tersebut? Benarkah karena dirinya bangkrut?
Setelah setidaknya menghilang selama 7 Minggu pasca pelariannya, Rajapaksa dilaporkan kembali pulang ke Sri Lanka pada Sabtu dini hari (3/9/2022). Pria berusia 73 tahun tersebut kembali bertolak ke Sri Lanka dan mendarat di Colombo dengan menggunakan penerbangan maskapai Singapore Airlines yang berangkat dari Thailand.
Sebelumnya, Gotabaya Rajapaksa dilaporkan melarikan diri dari negaranya usai demo besar-besaran menyasar kediamannya. Tak berselang lama, Rajapaksa secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden pada 13 Juli 2022.
Pelarian pertamanya dilakukan pada 9 Juli 2022. Diketahui, dirinya bertolak lebih dahulu ke Maladewa sebelum akhirnya pergi ke beberapa negara di Asia Tenggara seperti Singapura dan Thailand.
Dilansir dari Al-Jazeera, informasi terkait kepulangan Gotabaya Rajapaksa sudah dapat dikonfirmasi kebenarannya.
“Kami mendapat konfirmasi bahwa mantan Presiden Gotabaya Rajapaksa telah kembali ke tanah air,” jelas Minella Fernandez dari Al Jazeera yang melaporkan langsung dari Kolombo.
Belum ada informasi lanjutan yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat terkait kepulangan Gotabaya Rajapaksa ke Sri Lanka. Hanya saja, prosesi kepulangan rajapaksa berlangsung begitu cepat dan tiba-tiba.
Sentimen publik lantas menyelimuti informasi kepulangan Gotabaya Rajapaksa. Bagaimana tidak, rajapaksa benar-benar melarikan diri dari negaranya menggunakan pesawat jet militer usai Sri Lanka resmi dinyatakan bangkrut lantaran tak berhasil membayar tagihan Utang Luar Negeri (ULN) yang totalnya lebih dari US$51 miliar, di mana US$28 miliar harus dilunasi pada tahun 2027.
Ragam Spekulasi Usai Kembalinya Gotabaya Rajapaksa ke Sri Lanka
Seperti yang diketahui bersama, Gotabaya Rajapaksa kedapatan kabur dan sempat sambangi beberapa negara Asia, diantaranya Maladewa, Singapura dan Thailand. Namun, hingga saat ini belum ada penjelasan resmi terkait mengapa dirinya melakukan perjalanan ke tiga negara Asia dalam beberapa pekan terakhir di tengah gejolak ekonomi dan politik di dalam negeri - atau mengapa dia memutuskan untuk kembali sekarang.
Kuat dugaan bahwa kepulangan Rajapaksa tak lain dilatarbelakangi karena faktor perizinan. Para analis memperkirakan bahwa Rajapaksa kini tak lagi memiliki izin untuk tinggal lebih lama di negara-negara tersebut. Disamping itu, dilansir dari berbagai sumber biaya untuk mempertahankan gaya hidupnya di luar negeri - termasuk jet pribadi, suite presiden dan keamanan - telah meningkat menjadi ratusan ribu dolar.
Usai kepulangannya, Rajapaksa masih harus menghadapi bayang-bayang tuntutan pidana yang dilayangkan oleh para aktivis sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tindakannya sebelumnya. Belum jelas juga apakah kepulangannya akan kembali mengundang gelombang demonstrasi di negara kepulauan dengan 22 juta penduduk tersebut atau tidak.
Respon Publik Sikapi Kepulangan Gotabaya Rajapaksa
Selama berbulan-bulan, Sri Lanka berada dalam cengkeraman krisis ekonomi terburuknya, yang memicu protes luar biasa dan kemarahan publik yang belum pernah terjadi sebelumnya yang pada akhirnya memaksa Rajapaksa untuk mundur.
Dilansir dari The Guardian, Pastor Amila Jeewantha Peiris, seorang tokoh terkemuka gerakan rakyat yang mendorong pengunduran diri Rajapaksa, menggambarkan kembalinya mantan presiden Sri Lanka tersebut tak lain sebagai tindakan yang memalukan.
“Orang-orang tidak akan menentang kedatangannya kembali ke Sri Lanka. Saya tidak berpikir bahwa akan ada protes, tetapi kembalinya dia pasti akan menciptakan lebih banyak ketegangan. Dia adalah salah satu orang yang bertanggung jawab atas kekacauan di Sri Lanka,” jelasnya, dikutip pada Senin (5/9/2022).
Situasi di negara yang bangkrut itu diperparah oleh adanya faktor-faktor global termasuk pandemi Covid dan invasi Rusia ke Ukraina, tetapi banyak yang beranggapan bahwa keluarga Rajapaksa yang dahulu berkuasa bertanggung jawab atas salah urus ekonomi dan menjerumuskannya ke dalam krisis.
Untuk diketahui, krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka telah menyebabkan kelangkaan kebutuhan pokok selama berbulan-bulan seperti bahan bakar, obat-obatan dan gas untuk memasak karena kekurangan mata uang asing yang parah. Meskipun pasokan gas untuk memasak dipulihkan melalui dukungan Bank Dunia, kekurangan bahan bakar, obat-obatan kritis dan beberapa bahan makanan masih terus berlanjut.