Bisnis.com, JAKARTA – Istilah jenis kelamin dan gender pada dasarnya sudah tidak asing didengar. Kerap diartikan serupa, ternyata keduanya memiliki makna yang berbeda.
Sejatinya, jenis kelamin dan gender memiliki makna konsep yang berbeda. Lantas, dimanakah letak perbedaanya?
Kelamin
Kelamin mengacu pada seperangkat atribut biologis yang terdapat pada manusia dan hewan. Terutama terkait dengan fitur fisik dan fisiologis termasuk kromosom, ekspresi gen, tingkat dan fungsi hormon, dan anatomi reproduksi / seksual.
Jenis kelamin biasanya dikategorikan sebagai perempuan atau laki-laki, yang ditandai dengan keberadaan organ vital baik itu vagina atau penis.
Dilansir dari Medical News Today, alat kelamin pria dan wanita, baik secara internal maupun eksternal sangatlah berbeda. Tubuh pria dan wanita juga memiliki susunan hormonal dan kromosom yang berbeda.
Saat lahir, mereka yang berjenis kelamin perempuan akan memiliki tingkat estrogen dan progesteron yang lebih tinggi dibanding pria. Sementara pria memiliki tingkat testosteron yang lebih tinggi dibanding wanita.
Janin yang lahir menjadi perempuan biasanya memiliki dua salinan kromosom X, sementara janin laki-laki memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y.
Gender
Sementara dilansir dari Canadian Institutes of Health Research, Gender mengacu pada peran, perilaku, ekspresi dan identitas yang dibangun secara sosial dari anak perempuan, perempuan, anak laki-laki, laki-laki, dan orang-orang yang beragam gender.
Gender mempengaruhi bagaimana orang memandang diri mereka sendiri dan satu sama lain, bagaimana mereka bertindak dan berinteraksi, dan distribusi kekuasaan dan sumber daya dalam masyarakat.
Sementara badan organisasi kesehatan dunia, WHO mengartikan bahwa gender pada dasarnya mengacu pada karakteristik yang dibangun secara sosial dari perempuan dan laki-laki, seperti norma, peran, dan hubungan antara kelompok perempuan dan laki-laki. Ini bervariasi dari masyarakat ke masyarakat dan dapat diubah.
Sehingga dapat diartikan bahwa identitas gender tidak terbatas pada biner laki-laki atau perempuan saja. Ada keragaman yang cukup besar dalam cara individu dan kelompok memahami, mengalami, dan mengekspresikan gender melalui peran yang mereka ambil, harapan yang diberikan kepada mereka, hubungan dengan orang lain, dan cara kompleks gender dilembagakan dalam masyarakat.
Apakah Konsep Gender Relevan di Indonesia?
Belakangan isu gender kembali memberuak usai salah seorang mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Negeri mengekspresikan dirinya sebagai seorang non biner. Hal tersebut memantik cukup banyak sentimen dan atensi warganet.
Namun, pada dasarnya kearifan nilai-nilai gender ternyata sudah dianut sejak lama oleh masyarakat Suku Bugis. Berbeda dengan jenis kelamin yang umumnya diidentifikasikan sebagai laki-laki dan perempuan saja, masyarakat suku Bugis Makassar membagi gender kedalam 5 bagian.
Masyarakat suku Bugis mempercayai ada 5 sistem gender dengan peran berbeda:
1. Oroane (laki-laki)
2. Makkunrai (perempuan)
3. Calalai(perempuan dengan peran dan fungsi lakilaki)
4. Calabai (laki-laki dengan peran dan fungsi perempuan)
5. Bissu (perpaduan dua gender yaitu perempuan dan laki-laki dalam satu tubuh).
Meskipun konstruksi masyarakat pada umumnya hanya memvalidasi dua kelompok ekspresi gender, yakni maskulin dan feminine, konsep tersebut dapat dipandang berbeda jika dilihat dari sudut pandangan masyarakat tardisional khususnya masyarakat Makassar suku Bugis.