Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin beserta istri, Wury Ma'ruf Amin mengenakan pakaian adat Banten dalam upacara peringatan HUT ke-77 RI di Istana Merdeka, Jakarta.
Ma'ruf yang tiba di Istana Merdeka sekitar pukul 09.45 WIB mengenakan pakaian adat tanah kelahirannya yang terdiri atas Iket Lomar bermotif Tapak Kebo, Baju Dalam putih berkerah tinggi.
Kemudian, pakaian itu dipadu dengan jas hitam bermotif daun Hanjuang emas, Kain Samping bermotif serupa iket, serta celana dan sepatu hitam.
Sementara itu, Wury juga tampak anggun mengenakan kebaya putih dipadu kerudung hitam berbalut putih, selendan, serta bawahan hitam bermotif batik emas.
Dikutip dari website resmi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, pakaian adat Banten lengkap yang dikenakan Ma'ruf memiliki arti filosofis di setiap bagiannya.
Pertama, Iket Lomar dengan motif tapak kebo atau garuda yaksa berwarna emas yang diambil dari suku Baduy. Motif tersebut disebut sebagai lambang kegigihan dalam bekerja.
Baca Juga
Adapun, warna emas melambangkan kedalaman hati, budi pekerti dan kecemerlangan pikiran dalam menatap masa depan.
Selain itu, emas menjadi lambang kemewahan, kekayaan dan kesetiaan, serta merujuk pada makna kemakmuran, kesehatan, dan kegembiraan masyarakat Banten.
Kedua, baju dalam berwarna putih dengan kerah tinggi melambangkan religiusitas dan kebhinekaan masyarakat Banten. Warna putihnya sendiri melambangkan kesucian, keikhlasan, kebersihan, dan ketepatan.
Sementara itu, kancing bulat pada baju tersebut melambangkan kebulatan tekad dalam berkarya melaksanakan tugas dan kewajiban.
Ketiga, jas hitam bermotif daun hanjuang (cordyline fruticosa) berwarna emas melambangkan ketangguhan masyarakat Banten dalam bertahan hidup.
Warna hitam pada jas ini melambangkan kekuatan, keanggunan, keteguhan, kecanggihan dan ketenangan masyarakat.
Kemudian, daun hanjuang melambangkan perjuangan. Sebab, tanaman monokotil ini dapat hidup di mana saja dan sering dipakai sebagai tanaman pembatas atau tanaman pelindung, baik di perkebunan, ladang, atau sawah penduduk.
Keempat, samping atau kain pinggang dengan motif serupa dengan iket melambangkan kondisi Banten yang gemah ripah loh jinawi. Kain ini juga melambangkan masyarakat Banten yang mampu mengencangkan perut atau hidup dalam kesederhanaan.
Kelima, celana hitam polos yang dirangkap dengan kain melambangkan keserumpunan Banten dengan bangsa Melayu.