Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memprediksi 800 juta orang akan terdampak kepalaran karena krisis pangan yang disebabkan oleh perang antara Ukraina—Rusia.
Jokowi menjelaskan bahwa saat ini kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja pasca dilanda Covid-19 selama 2,5 tahun dan dihantam oleh perang Ukraina-Rusia.
"Baru akan melakukan pemulihan, tetapi muncul sesuatu yang dadakan, yang tidak kita perkirakan sebelumnya, sakitnya belum sembuh, muncul yang namanya perang di Ukraina sehingga semuanya menjadi bertubi-tubi, menyulitkan hampir semua negara," ujarnya, dikutip melalui Youtube Sekretariat Presiden, Senin (1/8/2022).
Jokowi melanjutkan, terkait dengan pangan yang harganya sudah naik hingga 50 persen di beberapa negara. Penyebabnya, gandum yang menjadi mahal karena kelangkaan stok. Bahkan, kelangkaan terjadi akibat pasokan gandum dari negara Ukraina tidak bisa keluar.
"Saya ketemu Presiden Ukraina Zelensky, ada stok di Ukraina, di gudang 22 juta ton, stok proses panen 55 juta ton loh. Artinya 77 juta ton gandum di Ukraina gak bisa keluar karena perang," katanya.
Lebih lanjut, Jokowi memerinci stok gandum juga tertahan di Rusia, di mana sebanyak 130 juta ton gandum juga tertahan di negara beruang merah itu sehingga total gandum yang terdampak perang sehingga tertahan adalah 207 juta ton
Baca Juga
"Ini yang mengakibatkan 333 juta orang kelaparan dan mungkin 6 bulan lagi 800 juta orang akan kelaparan akut karena tidak ada yang dimakan," katanya.
Di tengah kesulitan itu, Jokowi mengajak para masyarakat untuk bersyukur, sebab beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia tidak mengalami kenaikan.
Sementara itu, Jokowi juga menyebut saat ini dunia sedang memasuki masa krisis keuangan lantaran beberapa negara tidak kuat dan ambruk karena sudah tidak memiliki uang kas untuk membeli energi bensin dan gas atau membeli pangan.
"Sekali lagi mari lah kita berdoa bersama, zikir bersama memohon kepada Allah Subhanahu wa ta'ala agar negara kita selalu dilimpahi energi dan pangan dan kita tidak kekurangan akan hal itu, dan kita berusaha berikhtiar bersama-sama agar kita justru melimpah dan bisa membantu negara-negara lain," kata Jokowi.