Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan kepada anggota parlemen bahwa dia akan bertemu dengan presiden Italia untuk mengajukan pengunduran dirinya hari ini, Kamis 21/7/2022).
Dilansir Bloomberg, tiga mitra koalisi Draghi menarik dukungan mereka sehari sebelumnya setelah Draghi memaksakan mosi tidak percaya dengan mengancam akan mundur.
Dan meskipun Draghi tidak segera mundur setelah gagal mendapatkan suara mayoritas dalam pemungutan suara, langkah itu secara efektif mengakhiri pemerintahan yang dia jalankan sejak Februari 2021.
Jika Presiden Sergio Mattarella menerima pengunduran diri mantan kepala Bank Sentral Eropa ini, pemilihan darurat dapat diadakan pada awal Oktober, pertama kalinya negara itu akan melakukan pemungutan suara pada musim gugur.
"Satu-satunya cara, jika kita ingin tetap bersama, adalah membangun kembali pakta ini dari awal, dengan keberanian, altruisme, kredibilitas," kata Draghi kepada anggota parlemen menjelang mosi tidak percaya.
Pada akhirnya, tiga sekutu pemerintah Draghi, Gerakan Bintang Lima, Liga Nasionalis, dan Forza Italia meninggalkannya.
Baca Juga
Situasi ini akan diawasi dengan ketat di Frankfurt, di mana ECB akan mengungkap kebijakan baru untuk memerangi krisis dan melindungi negara-negara berhutang tinggi seperti Italia dari spekulasi.
Obligasi Italia jatuh pada hari Kamis, mengirimkan imbal hasil 10 tahun melonjak 18 basis poin menjadi 3,57 persen ke level tertinggi sejak Juni. Obligasi di Jerman sedikit berubah dan spread antara obligasi naik 18 basis menjadi 232 basis poin.
Pemerintah Italia terkenal tidak stabil dan Draghi memimpin pemerintahan ke-67 Italia yang beruysia hanya 75 tahun. Dan sementara Draghi kemungkinan akan tetap menjadi PM sementara sampai pemungutan suara berikutnya, pemerintah akan melemah secara dramatis, mempertaruhkan agenda legislatifnya.