Bisnis.com, JAKARTA - Laju pertumbuhan ekonomi China hanya tumbuh 0,4 persen pada kuartal II/2022. Ini melambat dan jauh di bawah konsensus, setelah negara tersebut diserang oleh Covid-19 yang berasal dari Wuhan.
Dikutip dari Bloomberg pada Jumat (15/7/2022), produk domestik bruto (PDB) China meningkat 0,4 persen pada kuartal II/2022. Ini menjadi kinerja terburuk sejak kuartal I/2020.
Angka pertumbuhan ekonomi China masih jauh di bawah survei konsensus Bloomberg 1,2 persen. Sebelumnya, China mencatatkan pertumbuhan pada kuartal I/2022 mencapai 4,8 persen.
Pandemi virus corona telah membawa ketidakpastian dan dampak buruk bagi perekonomian China. China juga harus membayar mahal atas upaya yang dilakukan untuk membasmi Covid-19.
Di sisi lain, pasar properti masih belum bisa bangkit seperti normal. Pandemi Covid-19 juga berdampak pada sektor-sektor lain di China.
Para ekonom mengatakan target pertumbuhan ambisius pemerintah sekitar 5,5 persen di luar jangkauan, dengan perkiraan PDB meningkat lebih dari 4 persen tahun ini.
"Tekanan ke bawah pada ekonomi telah meningkat secara signifikan sejak kuartal kedua," kata NBS dengan dampak serius dari faktor-faktor tak terduga.
Pondasi China untuk bangkit memulihkan pertumbuhan ekonomi masih belum stabil. Ini juga berpotensi meningkatnya risiko stagflasi dalam ekonomi dunia, pengetatan kebijakan moneter di negara-negara ekonomi utama, dan dampak wabah virus domestik.
Presiden China Xi Jinping berjanji juga berjanji untuk memenuhi target pembangunan sosial dan ekonomi China pada 2022. Komitmennya yang teguh terhadap Covid Zero berarti lockdown ketat di beberapa lokasi.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Li Keqiang menyoroti bahwa tantangan ekonomi masih belum stabil, dasar untuk pemulihan ekonomi masih belum solid dan dibutuhkan lebih banyak upaya keras untuk menopang pertumbuhan.