Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Presiden China Xi Jinping Sampaikan Bela Sungkawa atas Meninggalnya Shinzo Abe

Presiden China Xi Jinping menyampaikan bela sungkawa itu kepada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Jinping menyatakan bahwa dirinya berduka atas wafatnya Abe akibat serangan saat sedang berkampanye.
Presiden China Xi Jinping menyampaikan pidatonya dalam pembukaan Belt and Road Forum (BRF) kedua di Beijing, China, Jumat (26/4/2019)./Reuters-Jason Lee
Presiden China Xi Jinping menyampaikan pidatonya dalam pembukaan Belt and Road Forum (BRF) kedua di Beijing, China, Jumat (26/4/2019)./Reuters-Jason Lee

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden China Xi Jinping menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Sebelumnya, hubungan keduanya sempat memanas akibat masalah China dengan Taiwan.

Dilansir dari The Mainichi, Xi Jinping menyampaikan bela sungkawa itu kepada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Jinping menyatakan bahwa dirinya berduka atas wafatnya Abe akibat serangan saat sedang berkampanye.

Selain menyampaikan bela sungkawa, berdasarkan informasi dari Kantor Berita Xinhua, Jinping pun menyatakan kepada Kishida bahwa dirinya sudah mencapai kesepakatan dengan Abe terkait era baru hubungan China dan Jepang.

"Saya telah mencapai konsensus penting [dengan Abe]," dilansir dari The Mainichi pada Sabtu (9/7/2022).

Abe menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang pada 2006—2007, kemudian kembali menjabat pada 2012—2020. Setelah mengundurkan diri, dia menjadi kepala faksi terbesar di Partai Demokrat Liberal yang berkuasa, mempertahankan pengaruhnya atas pemerintahan Kishida saat ini.

Di bidang diplomatik, hubungan China dan Jepang memanas ketika Desember 2021 Abe menegaskan posisinya atas Taiwan. Abe menyatakan bahwa keadaan darurat apa pun terkait Taiwan, yang memiliki pemerintahan sendiri, akan menjadi keadaan darurat bagi Negeri Matahari Terbit dan aliansi keamanan Jepang—Amerika Serikat.

China yang dipimpin rezim komunis dan Taiwan yang demokratis telah diperintah secara terpisah, sejak mereka berpisah pada tahun 1949 sebagai akibat dari perang saudara. Beijing menganggap pulau itu sebagai provinsi pemberontak yang harus kembali bersatu dengan China daratan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper