Selain menggencarkan cakupan vaksinasi di Indonesia, pemerintah juga harus kembali menekankan kepada masyarakat pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari.
“Vaksin bukan solusi tunggal untuk menghentikan penyebaran Covid-19, perlu dikombinasikan dengan perubahan perilaku di masyarakat dengan menerapkan PHBS, penggunaan masker, dan menjaga jarak,” tutur Dicky.
Ahli epidemiologi tersebut menegaskan bahwa untuk menekan kasus subvarian BA4 dan BA5, cakupan vaksinasi pada kelompok lansia ataupun komorbid, setidaknya mencapai 70 persen.
Untuk cakupan vaksinasi booster secara keseluruhan, Dicky mengharapkan agar Indonesia mampu mencapai angka 50 persen selambat-lambatnya pada akhir tahun 2022, jika ingin mempertahankan kondisi pandemi terkendali.
Kementerian Kesehatan memprediksi puncak gelombang subvarian BA4 dan BA5 di Indonesia pada pertengahan Juli 2022 atau satu bulan setelah kasus subvarian tersebut pertama kali dikonfirmasi di Indonesia, yaitu pada 6 Juni 2022.
Adapun prediksi tersebut didasarkan pada laporan dari beberapa negara yang sebelumnya telah menghadapi puncak gelombang subvarian BA4 dan BA5, seperti Amerika Serikat, Inggris, Portugal, dan Afrika Selatan serta pendapat dari beberapa pakar kesehatan di Indonesia.
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan bahwa puncak gelombang subvarian BA4 dan BA5 akan berlangsung selama satu pekan, kemudian memasuki kondisi stabil, setelahnya kasus turun secara bertahap.
Kendati demikian, puncak gelombang penularan subvarian BA4 dan BA5 akan jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan lonjakan kasus pada varian Delta dan Omicron, sepertiga dari puncak kasus kedua varian itu atau tepatnya sekitar 20 juta kasus secara total.