Bisnis.com, JAKARTA - Aliansi partai tengah pimpinan Presiden Prancis Emmanuel Macron diperkirakan mempertahankan mayoritas di parlemen setelah putaran pertama pemungutan suara, menurut proyeksi atas hasil pemilu legislatif.
Proyeksi berdasarkan hasil parsial pemilu menunjukkan di tingkat nasional, partai Macron dan sekutunya mendapat sekitar 25-26 persen suara. Mereka bersaing ketat dengan koalisi kiri baru yang terdiri dari pendukung partai sayap kiri, sosialis, dan hijau.
Akan tetapi, para kandidat dari partai Macron diproyeksikan menang di lebih banyak distrik daripada saingan partai kiri mereka sehingga memberikan presiden kekuatan mayoritas.
Macron perlu mengamankan setidaknya 289 dari 577 kursi untuk mendapatkan mayoritas untuk mendorong produk undang-undang selama masa jabatan lima tahun keduanya.
Orang dalam pemerintah mengakui penampilan yang relatif buruk di putaran pertama untuk koalisi "Ensemble" Macron dengan rekor jumlah pemilih yang abstain.
Ivan Warren, yang memilih Macron dalam pemilihan presiden, ingin melihat dia memenangkan mayoritas.
“Penting bagi saya bahwa kita memiliki pemerintahan yang kuat, yang memungkinkan kita untuk mewakili Prancis dengan cara seefektif mungkin,” kata ilmuwan komputer berusia 56 tahun itu seperti dikutip Aljazeera.com, Senin (13/6/2022).
Pemilihan untuk 577 kursi di majelis rendah Majelis Nasional adalah proses dua putaran. Lebih dari 6.000 kandidat, berusia antara 18 hingga 92 tahun, mencalonkan diri untuk memenangkan kursi di Majelis Nasional pada putaran pertama pemilihan.
Mereka yang menerima suara terbanyak akan maju ke putaran kedua yang menentukan pada 19 Juni.
Setelah Macron memenangkaan Pilpres untuk periode kedua pada bulan Mei, koalisi tengahnya berupaya untuk mendapatkan mayoritas mutlak yang akan memungkinkannya untuk mengimplementasikan janji kampanyenya.
Janji kampanye itu di antaranya mencakup pemotongan pajak dan menaikkan usia pensiun dari 62 menjadi 65 tahun.