Bisnis.com, JAKARTA - Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman mengatakan bahwa potensi gelombang akibat subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia akan selalu ada. Namun, tingkat keparahan dari subvarian tersebut termasuk ringan.
"Hanya bedanya sekali lagi gelombang yang timbul ini adalah gelombang yang tidak serta merta dibarengi dengan kasus infeksi atau kasus kematian, tidak pararel dalam pola atau tren yang sama yang terjadinya gelombangnya itu infeksi saja. Akan tetapi infeksi tidak bergejala atau bergejala ringan banget itu pun sedikit," kata Dicky kepada Bisnis, Senin (3/6/2022).
Menurutnya hal tersebut terjadi lantaran imunitas masyarakat yang sudah terbentuk setelah pandemi virus corona (Covid-19) selama ini. Selain itu vaksinasi juga berpengaruh terhadap imunitas tersebut.
"Kasus kesakitanya dalam gelombang BA.4 dan BA.5 ini tidak terlalu signifikan, kemudian juga kematiannya begitu," katanya.
Meskipun demikian, Dicky mengatakan bahwa Pemerintah tetap harus waspada mengingat cakupan vaksinasi booster di Indonesia belum mencapai 50 persen. Selain itu dia juga mengingatkan bahwa status pandemi masih ada belum berubah ke endemi.
"Enggak boleh kita ber-euforia, selama dunia ini masih status pandemi harus hati-hati. Karena jika tidak kita akan makin mundur target keluar dari situasi krisis ini dan masa transisi ini kita gunakan untuk memperkuat krisis kesehatan, agar bila ada subvarian baru apapun kita siap ini yang harus kita lakukan saat ini," katanya.
Baca Juga
Dia juga mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan termasuk mencuci tangan dan menjaga jarak. Selain itu Dicky juga mengingatkan masyarakat untuk memakai masker, terlebih infeksi subvarian Omicron BA.4 dsn BA.5 tersebut banyak ditemukan di hidung.
"Perilaku yang harus dibangun perilaku adaptif, memakai masker, karena BA.4 dan BA.5 virusnya kebetulan banyak dihidung daripada tenggorokan. Sehingga penting sekali masker dan penting sekali ventilasi sirkulasi," pungkasnya.