Bisnis.com, JAKARTA - Penasihat Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Derek Chollet menilai negara di Asia Tenggara (Asean) mulai meragukan kemitraan dengan Rusia karena potensi kehancuran ekonomi dan kekuatan militer yang melemah.
Hal itu disampaikannya dalam sebuah wawancara di sela pertemuan pertahanan tahunan terbesar, IISS Shangri-La Dialogue di Singapura.
Chollet mengatakan bahwa pembicaraan baru-baru ini dengan para pemimpin Asia telah terungkap keraguan baru di antara negara-negara yang secara resmi mempertahankan posisi nonblok dalam perang. Menurutnya, banyak negara kesulitan menentukan posisinya terkait dengan perang di Ukraina karena sudah memiliki hubungan dengan Rusia bertahun-tahun lamanya.
"Namun, saya mendapati bahwa banyak dari negara-negara itu mempertanyakan masa depan [hubungan] itu," katanya dilansir dari Bloomberg, Minggu (12/6/2022).
Delegasi AS yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin bergabung dalam pertemuan di Singapura sebagai upaya untuk meyakinkan kawasan Asia Pasifik terhadap visi kebebasan dan keterbukaan.
Kendati terlalu dini untuk mengatakan negara ini akan beralih keberpihakan terhadap peperangan di Ukraina, negara-negara tersebut mulai mempertimbangkan dampak ekonomi dan juga kemunduran kinerja militer Rusia.
Baca Juga
"[Rusia] adalah negara yang lebih terisolasi dari negara yang [terisolasi] di dunia. Ada harga yang besar jika menjadi mitranya. Perekonomiannya akan hancur, jadi kami menegaskan apa yang kami lihat," kata Chollet.
Dalam acara yang sama, Menteri Pertahanan China Wei Fenghe memperingatkan strategi kerja sama Indo-Pasifik yang digagas AS akan menciptakan konflik dan konfrontasi untuk mengendalikan dan menguasai negara lain.
"Bagi kami, strategi itu adalah upaya untuk membangun kelompok kecil yang eksklusif yang mengatasnamakan kebebasan dan Indo Pasifik yang terbuka," kata Wei.
Amerika dan China diketahui sama-sama memanfaatkan pertemuan tahunan ini untuk menyerukan visinya untuk keamanan kawasan di saat invasi Rusia ke Ukraina.