Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Update Perang Rusia vs Ukraina: China Sentil Negara Barat soal Bantuan Senjata

China menentang bantuan penyediaan senjata dari negara-negara Barat ke Ukraina serta sanksinya terhadap Rusia.
Asap mengepul dari lokasi kebakaran selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina, Kamis (7/4/2022). REUTERS/Alexander Ermochenko
Asap mengepul dari lokasi kebakaran selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina, Kamis (7/4/2022). REUTERS/Alexander Ermochenko

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) China Wei Fenghe menyatakan dukungannya untuk negosiasi perdamaian agar perang Rusia dan Ukraina segera berakhir.

Dikutip dari Aljazeera, Minggu (12/6/2022) mewakili pemerintah Beijing, dia mengungkapkan kesedihannya atas peristiwa yang menimpa masyarakat Ukraina. Sehingga dia mendukung penuh pembicaraan kesepakatan damai antara Moskow dan Kiev.

Di samping itu, dia mengatakan dengan tegas bahwa China menentang bantuan penyediaan senjata dari Barat ke Ukraina serta sanksinya terhadap Rusia.

“Apa akar penyebab krisis ini? Siapa dalang di balik ini? Siapa yang paling rugi dan siapa yang paling banyak untung? Siapa yang mempromosikan perdamaian dan siapa yang menambahkan bahan bakar ke api? Saya pikir kita semua tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini,” kata Fenghe dalam dialog di Shangri-La, Singapura seperti dilansir dari Aljazeera.

Sementara itu, pasukan Rusia masih terus membombardir wilayah Ukraina. Baru-baru ini diketahui pasukan Rusia menggunakan amunisi era Soviet, senjata lama yang disebut mampu menyebabkan korban sipil secara massal untuk merebut wilayah Ukraina timur.

Menurut keterangan Kementerian Pertahanan Inggris, Rusia juga disebut telah meluncurkan lusinan rudal anti-kapal era 1960-an yang berat dalam serangan darat di Ukraina.

Untuk diketahui, sejumlah negara Barat dan Eropa telah memberikan dukungan dan bantuan berupa senjata militer untuk pasukan Ukraina, termasuk Inggris dan Amerika Serikat baru-baru ini.

Dari laporan terkini, diketahui 800 warga sipil terperangkap di pabrik Azot Severdonetsk yang merupakan zona industri Ukraina. Hal ini diakibatkan Rusia menolak untuk bernegosiasi terkait perjalanan aman untuk warga Ukraina.

Sebanyak 800 orang mengamankan diri di tempat perlindungan di bawah pabrik Azot, dimana 200 orang di antaranya merupakan karyawan dan 600 penduduk Severdonetsk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper