Bisnis.com, JAKARTA - Perayaan Hari Raya Galungan merupakan salah satu hari suci yang dirayakan umat Hindu di Indonesia pada hari ini, Rabu (8/6/2022).
Pelaksanaannya dilakukan setiap enam bulan sekali atau 210 hari sekali dalam kalender Bali. Berdasarkan perhitungan kalender Pawukon, penjadwalan Galungan didasarkan pada hari Wuku dan Wewaraan.
Dikutip dari situs resmi Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), pada dasarnya, galungan berarti perang atau pertarungan.
Galungan jatuh pada Wuku Dungulan yang artinya menyerah atas kekalahan. Dalam hal ini, Galungan dan Dungulan merupakan pertarungan (Dharmayudha) dan menyerah atas kekalahan musuh-musuh manusia dari godaan para Bhuta Tiga yaitu Sang Bhuta Dungulan, Sang Bhuta Galungan, dan Sang Bhuta Amangkurat.
Maksud dari perang melawan para Bhuta itu bukan perlawanan pada ragawi manusia melainkan sikap bathiniah, mental, atau hawa nafsu dari godaan-godaan setan.
Berikut 13 rangkaian perayaan Hari Raya Galungan
1. Tumpek Wariga
Tumpek Wariga jatuh pada Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Wariga atau 25 hari sebelum Hari Galungan. Kegiatan Tumpek Wariga Ista Dewata dilakukan dengan memuja Sang Hyang Sangkara yaitu Dewa Kemakmuran dan Keselamatan Tumbuh-tumbuhan.
Sebagai tradisi, masyarakat biasanya merayakan dengan menghaturkan banten (sesaji) berupa bubuh (bubur) sumsum misalnya bubuh putih untuk umib-umbian, bubuh bang unutk padang-padangan, dan lainnya.
2. Sugihan Jawa
Sugihan Jawa dilakukan setiap hari Kamis Wage wuku Sungsang. Hari tersebut merupakan hari penyucian atas segala yang melekat di luar diri manusia (Bhuana Agung). Tujuannya untuk menetralisir sifat negatif.
Kegiatannya dilakukan berupa Upacara Ngerebon yaitu pembersihan Merajan dan Rumah. Sementara di wilayah pura akan dibuat Guling Babi setelah upacara selesai dan dibagian ke masyarakat.
3. Sugihan Bali
Kegiatan ini dirayakan setiap Jumat Kliwon wuku Sungsang. Arti dari kegiatan ini yaitu menyucikan atau membersihkan diri yang dilakukan dengan mandi, melakukan pembersihan fisik, dan permohonan atas Tirta Gocara kepada Sulinggih untuk penyucian jiwa.
4. Hari Penyekeban
Dirayakan setiap Minggu Pahing wuku Dungulan. Memiliki makna filosofis yaitu "nyekeb indriya" artinya mengekang diri dari perilaku yang dilarang oleh agama.
5. Hari Penyajan
Kegiatannya dirayakan pada Senin Pon wuku Dungulan. Memilik arti filosofis yaitu merayakan hari raya dengan memantapkan diri dan meneguhkan kepercayaan.
6. Hari Penampahan
Dirayakan pada hari Selasa Wage wuku Dungulan. Kegiatan ini umat akan mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anurgerah yang diterima. Perayaannya dilakukan dengan pembuatan penjor dan menyembelih babi.
7. Hari Raya Galungan
Seluruh umat memulai upacara di pagi hari dengan persembahyangan di rumah masing-masing lalu dilanjutkan ke Pura di lingkungan sekitar. Tradisi yang sering dilakukan saat Galungan yaitu tradisi Pulang Kampung.
8. Hari Umanis Galungan
Umat akan melakukan persembahyangan dan Dharma Santi yaitu berkunjung ke saudara dan tempat rekreasi. Di hari ini, anak-anak melakukan tradisi ngelawang yaitu menarikan barong dan gambelan dari pintu rumah penduduk satu ke penduduk lainnya. Hari Umanis Galungan jatuh di hari Kamis Umasnis wuku Dungulan.
9. Hari Pemaridan Guru
Dirayakan setiap Sabtu Pon wuku Galungan yaitu dengan melakukan ngelusur atau nyurud yang artinya memohon. Pemaridan Guru maksudnya adlaah memohon pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
10. Ulihan
Dirayakan pada Minggu Wage wuku Kuningan. Memiliki artinya pulang atau kembali yang artinya para dewata dan dewati atau leluhur kembali ke kahyangan dengan memberikan berkat dan anugrah panjang umur.
11. Hari Pemacekan Agung
Dirayakan pada Senin Kliwon wuku Kuningan. Di hari ini, umat manusia menyimbolkan keteguhan iman atau tegar atas segala godaan selama perayaan.
12. Hari Kuningan
Kuningan dirayakan dengan memasang tamiang, kolem, dan endong. Kegiatan tersebut memiliki nilai terkait disiplin waktu dan kemampuan untuk mengatur waktu. Adapun warna kuning sendiri memiliki arti kebahagiaan, keberhasilam dan kesejahteraan.
13. Hari Pegat Wakan
Rangkaian terakhir dari Hari Raya Gulungan yang dilakukan di hari Rabu Kliwon wuku Pahang, sebulan setelah galungan. Kegiatan yang dilakukan yaitu dengan bersembhayang dan mencabut penjor yang dibuat di hari Penampahan.