Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Rusia di Moskow mengecam keputusan Amerika Serikat memasok sistem roket jarak menengah ke Ukraina, Rabu (1/6/2022). Keputusan untuk mengirim amunisi canggih itu disebut hanya akan meningkatkan risiko konfrontasi langsung.
Sebelumnya, pagi tadi Presiden AS Joe Biden mengumumkan akan mengirimkan paket keamanan dan sistem roket artileri mobilitas tinggi ke wilayah Kyiv. Bantuan persenjataan tersebut diketahui bernilai US$ 700 juta.
Jerman, di sisi lain juga akan ikut mengirim rudal anti-pesawat dan sistem radar ke Kyiv. Dilansir aljazeera.com, Kanselir Jerman Olaf Scholz akan mulai memasok rudal tersebut.
Menurutnya ini merupakan permintaan langsung dari Kyiv dan partai oposisi Jerman untuk meningkatkan pengiriman senjata berat ke negara itu.
Sejak akhir Februari, Scholz mengatakan pihaknya terus memasok lebih dari 15 juta butir amunisi, 100.000 granat tangan dan lebih dari 5.000 ranjau anti-tank ke Kyiv, Ukraina.
Namun hal tersebut justru membuat Rusia murka. Dilansir The Guardian, Gubernur Luhansk Ukraina Serhiy Haidai melaporan kini Rusia sudah menguasai 70 persen Kota Sievierodonetsk.
Baca Juga
"Rusia mengendalikan 70 persen dari Sievierodonetsk. Pasukan Ukraina mundur ke posisi yang lebih aman sementara bagian lain terus ditempur dalam kota," katanya.
Kawasan tersebut merupakan fokus utama serangan Rusia saat ini untuk menguasai wilayah Donbas secara keseluruhan. Memasuki hari ke-98 invasi militer Rusia ke Ukraina belum ada tanda perundingan antara keduanya.