Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan tiga poin penting terkait penanganan perubahan iklim dalam pertemuan para pemimpin negara-negara Asean dengan Wakil Presiden AS Kamala Harris di Departemen Luar Negeri AS, Washington DC, Jumat, 13 Mei 2022.
“Pembiayaan iklim yang harus terpenuhi, kerja sama transisi energi diperkuat, dan investasi di ekonomi hijau harus ditingkatkan,” ujarnya melalui keterangan resmi, Sabtu (14/5/2022).
Terkait pembiayaan iklim, Jokowi mendorong komitmen negara maju lainnya untuk memenuhi semua komitmen dalam pencapaian NDC (Nationally Determined Contributions) secara global. Menurutnya pada periode 2000-2019, Asean hanya memperoleh US$56 miliar atau sekitar 10 persen dari total dukungan pembiayaan iklim negara maju.
“Saya harus terus terang bahwa komitmen negara maju untuk implementasi isu pembiayaan iklim sangat rendah. Kondisi ini menjadi penghambat pencapaian NDC secara global,” jelas Presiden.
Selain itu, Jokowi mengatakan bahwa Asean berkomitmen meningkatkan proporsi energi baru terbarukan dari 14 persen pada 2018 menjadi 23 persen pada 2025.
Upaya ini, sambungnya, memerlukan investasi dan teknologi setidaknya US$367 miliar di sektor energi bersih. Di Indonesia sendiri, transisi energi 8 tahun ke depan membutuhkan US$30 miliar.
Baca Juga
Jokowi juga menyampaikan potensi besar yang dimiliki Indonesia terkait transisi energi, yaitu potensi energi terbarukan sekitar 437 GW baik dari energi surya, bayu maupun panas bumi yang saat ini, pemanfaatannya baru mencapai 0,3 persen dari total potensi.
“Indonesia juga miliki potensi besar sebagai hub pengembangan ekosistem kendaraan listrik di kawasan yang akan kita butuhkan 5 tahun ke depan," kata Presiden Jokowi.
Sementara itu terkait investasi ekonomi hijau, Presiden Jokowi mengungkapkan potensi peluang ekonomi yang besar dalam pengembangan ekonomi hijau. Oleh karena itu diperlukan mekanisme yang mempertemukan tidak saja sektor pemerintah tetapi juga dunia usaha.
Jokowi menilai, investasi di sektor infrastruktur hijau bisa menjadi unsur penting kolaborasi Asean-AS yang membutuhkan setidaknya US$2 triliun dalam 1 dekade mendatang.
Tampak hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Utusan Khusus Presiden AS untuk Iklim John Kerry, Menteri Energi AS Jennifer M. Granholm, dan Menteri Transportasi AS Pete Buttigieg.