Adenovirus dan Diagnosis
Kasus pertama di AS diidentifikasi pada Oktober 2021 pada suatu rumah sakit anak di Alabama yang merawat lima anak dengan cedera hati yang signifikan (termasuk beberapa dengan kegagalan hati akut) tanpa diketahui penyebabnya, yang juga dites positif terhadap adenovirus.
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti penyebab dari kejadian hepatitis akut unknown origin ini, namun salah satu hipotesis yang sedang ditelusuri adalah keterkaitan antara adenovirus dengan kejadian ini.
“Adenoviruses merupakan jenis virus yang dapat menyebabkan sakit dari ringan sampai berat (severe). Secara umum dikenal sebagai patogen yang biasanya menyebabkan infeksi yang self-limited. Menyebar dari orang ke orang dan lebih umum menyebabkan penyakit saluran pernafasan, walaupun tergantung pada jenisnya, dapat juga menyebabkan penyakit lain seperti gastroenteritis (peradangan pada lambung atau usus halus), konjungtivitis (mata merah), sistitis (infeksi kandung kemih), dan bisa juga menyebabkan gangguan saraf (neurological disease),” lanjutnya.
Adenovirus sering menular dari orang ke orang dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi, sebagaimana juga melalui jalur respirasi.
Pencegahan
Berdasarkan hal tersebut, maka cara yang efektif untuk meminimalisir penyebaran adenovirus adalah mempraktikkan higiene tangan dan respirasi, serta melakukan edukasi mencuci tangan pada anak.
Cuci tangan dengan air dan sabun menurut Harimat, merupakan pencegahan yang terbaik untuk berbagai penyebaran infeksi termasuk adenovirus, menjaga jarak dengan orang sakit batuk dan bersin, serta mengajarkan anak cara batuk dan bersin yang benar. Anak-anak yang sedang sakit disarankan untuk tinggal di rumah sampai gejalanya hilang dan dinyatakan sehat untuk bisa kembali ke sekolah.
Peneliti Kelompok Riset Hepatitis, Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman, Korri El Khobar menjelaskan, deteksi virus penyebab hepatitis dapat dilakukan secara serologi dan molekuler.
“Deteksi serologi dilakukan untuk menentukan apakah seseorang telah atau pernah terinfeksi dengan cara mendeteksi antibodi spesifik terhadap virus,” kata Korri.
Menurut dia, deteksi molekuler dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis infeksi virus dengan cara mendeteksi materi genetik virus.
Hasil positif dari deteksi molekuler dapat dilanjutkan dengan melakukan proses sequencing untuk mendapatkan sekuens virus tersebut.
“Analisis sekuens virus dapat dilakukan untuk mengidentifikasi jenis virus, melakukan karakterisasi sekuens virus dengan melihat adanya variasi pada sekuens, melakukan analisis kekerabatan virus, dan juga menentukan sebaran epidemiologi virus,” tambah Korri.
Peneliti Pusat Riset Biomedis, Fitriana mengatakan, penegakan diagnosis hepatitis akut unknown hendaknya dilakukan secara seksama dengan mempertimbangkan penyebabnya.
Penegakan diagnosis hepatitis akut unknown ini harus dilakukan secara seksama, dengan menimbang berbagai penyebab hepatitis, seperti hepatitis virus A, B, C, D, E, yellow fever, leptospirosis, cytomegalovirus (CMV).
Kemudian, Eipstein Barr Virus (EBV), adenovirus (normal adenovirus infection atau novel variant adenovirus), infeksi atau sindroma post infeksi SARS-CoV-2 atau varian baru SARS-CoV-2, obat-obatan, toksin, atau pajanan lingkungan, ko-infeksi, dan sebagainya.
Pemeriksaan biokimia akan memberi andil dalam penelusuran etiologi dan merubah unknown menjadi known,” ungkap Fitriana.