Bisnis.com, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerima laporan setidaknya ada 228 kasus kemungkinan hepatitis akut misterius pada anak-anak dari 20 negara. Jumlah tersebut bertambah jika dibandingkan laporan sebelumnya yaitu 170 kasus.
"Pada 1 Mei, setidaknya 228 kasus yang mungkin dilaporkan ke WHO dari 20 negara dengan lebih dari 50 kasus tambahan sedang diselidiki," kata juru bicara WHO Tarik Jasarevic kepada wartawan di Jenewa dikutip dari Economic Times, Selasa (2/5/2022).
Jasarevic menjelaskan bahwa sebagian besar kasus berasal dari Eropa. Ada juga dari Amerika, Pasifik Barat dan Asia Tenggara.
WHO pertama kali mendapat laporan terkait hepatitis misterius pada 5 April dari 10 kasus di Skotlandia yang terdeteksi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun. Lebih dari 100 kasus kini telah tercatat di Inggris.
Beberapa kasus telah menyebabkan gagal hati dan membutuhkan transplantasi. Setidaknya satu anak diketahui telah meninggal.
Banyak kasus melaporkan penyakit kuning dan gejala gastrointestinal termasuk sakit perut, diare dan muntah.
WHO mengacu pada wabah radang hati yang parah sebagai hepatitis akut dan tidak diketahui asalnya di antara anak-anak.
“Belum jelas apakah ada peningkatan kasus hepatitis, atau peningkatan kesadaran kasus hepatitis yang terjadi pada tingkat yang diharapkan tetapi tidak terdeteksi,” tulis WHO.
Diberitakan sebelumnya, WHO telah menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai kasus 10 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya pada anak usia 11 bulan sampai 5 tahun pada periode Januari-Maret 2022 di Skotlandia Tengah.
Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO pada 15 April 2022, jumlah laporan terus bertambah. Per 21 April 2022 tercatat 169 kasus yang dilaporkan 12 negara yaitu Inggris (114), Spanyol (13), Israel (12), Amerika Serikat (9), Denmark (6), Irlandia (5), Belanda (4), Norwegia (2), Prancis (2), Romania (1) dan Belgia (1).
Kisaran kasus terjadi pada anak usia 1 bulan sampai 16 tahun. Dari total temuan kasus, 17 anak di antaranya (10 persen) memerlukan transplantasi hati dan 1 kasus dilaporkan meninggal.
Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati sindrom jaundice akut, dan gejala gastrointestinal. Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.
Sementara itu, penyebab dari penyakit masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.
Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F Type 41, SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus , sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan Adenovirus.