Bisnis.com, JAKARTA--Pengeluaran militer global kembali naik pada tahun 2021 hingga mencatat rekor baru ketika Rusia terus meningkatkan belanja militernya sebelum invasi ke Ukraina.
Para peneliti memprediksi tren tersebut akan berlanjut di Eropa khususnya terlepas dari kejatuhan ekonomi akibat pandemi global Covid-19.
Negara-negara di seluruh dunia terus meningkatkan persenjataan mereka, dengan pengeluaran militer global meningkat sebesar 0,7 persen pada tahun lalu, menurut laporan dari Stockholm International Peace Research Institute (Sipri).
“Pada tahun 2021 pengeluaran militer naik untuk ketujuh kalinya berturut-turut hingga mencapai US$2,1 triliun. Angka itu adalah angka tertinggi yang pernah dimiliki,” ujar Diego Lopes da Silva, peneliti senior di Sipri seperti dikutip ChannelNewsAsia.com Senin (25/4/2022).
Pengeluaran Rusia tumbuh sebesar 2,9 persen menjadi US$65,9 miliar. Pertumbuhan itu merupakan yang ketiga tahun secara berturut-turut.
Belanja pertahanan menyumbang 4,1 persen dari produk domestik bruto (PDB) Rusia atau jauh lebih tinggi dari rata-rata dunia sehingga menjadikan Moskow pembelanja terbesar kelima di dunia, kata Lopes da Silva.
Pendapatan minyak dan gas yang tinggi membantu negara itu meningkatkan pengeluaran militer. Lopes da Silva mencatat bahwa Rusia melihat peningkatan tajam dalam pengeluaran menjelang akhir tahun.
"Hal itu terjadi saat Rusia mengumpulkan pasukan di sepanjang perbatasan Ukraina sebelum tentu saja invasi ke Ukraina pada Februari," kata peneliti tersebut.
Sedangkan Kanada meningkatkan pengeluaran militer sebesar C$8 miliar sebagai tanggapan atas perang Ukraina. Italia menunda pengeluaran untuk pertahanan NATO hingga 2028 dalam sebuah kompromi koalisi
Apakah Rusia akan mampu mempertahankan pengeluarannya, masih sulit diprediksi, kata Lopes da Silva. Pasalnya, gelombang sanksi yang dijatuhkan oleh Barat sebagai tanggapan atas agresi di Ukraina cukup berpengaruh.
Pada tahun 2014, ketika Rusia mencaplok Krimea, negara itu juga menjadi sasaran sanksi pada saat yang sama ketika harga energi turun, sehingga sulit untuk mengukur seberapa efektif sanksi itu sendiri.
"Sekarang ... kami memiliki sanksi yang lebih keras, itu pasti, tetapi kami memiliki harga energi yang lebih tinggi yang dapat membantu Rusia mempertahankan pengeluaran militer pada tingkat itu," kata Lopes da Silva.
Di sisi lain, pengeluaran militer Ukraina meningkat sebesar 72 persen sejak aneksasi Krimea. Sementara pengeluaran menurun lebih dari delapan persen pada tahun 2021 menjadi US$5,9 miliar dan angka itu menyumbang 3,2 persen dari PDB Ukraina.