Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Emmanuel Macron berjanji akan menyatukan kembali Prancis yang terpecah setelah memenangkan masa jabatan kedua sebagai presiden Prancis setelah mengalahkan Marine Le Pen dalam pemungutan suara.
Macron menjadi pemimpin Prancis pertama yang memenangkan pemilihan ulang selama 20 tahun dan mencetak hasil 58,5 persen melawan 41,5 persen, menurut hasil proyeksi awal oleh Ipsos untuk France Televisions seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (25/4/2022).
“Saya tahu bahwa sejumlah orang Prancis telah memilih saya hari ini, bukan untuk mendukung ide-ide saya tetapi untuk menghentikan ide-ide sayap kanan,” katanya dikutip dari TheGuardian.com, Senin (25/4/2022).
Namun, Macron menegaskan bahwa dirinya adalah presiden bagi seluruh rakyat Prancis dan meminta para pendukungnya untuk selalu menghormati pendukung Le Pen.
"Saya bukan kandidat dari satu kubu lagi, tetapi presiden kita semua," tegas Macron.
Adapun, kemenangan Macron hasil pemungutan suara tersebut lebih tipis daripada putaran kedua pada 2017 atau ketika dua kandidat yang sama bertemu. Saat itu Macron mengumpulkan lebih dari 66 persen suara.
Baca Juga
Lebih lanjut, Perdana Menteri Italia Mario Draghi menyebut kemenangan Macron sebagai kabar yang bagus untuk seluruh Eropa. Pasalnya, Presiden Uni Eropa Charles Michel mengatakan blok dapat mengandalkan Prancis selama 5 tahun kedepan.
Sementara itu, dalam pidatonya di depan para pendukungnya di Paris, Le Pen menegaskan akan tetap terjun di dunia politik meskipun kalah dalam pemilu kali ini dan sudah bersiap untuk pemilihan legislatif Juni.