Bisnis.com, JAKARTA - Miliarder Roman Abramovich sedang mencoba untuk memulai kembali perundingan antara Ukraina dan Rusia, yang menurut kedua pihak macet.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pembicaraan dengan Rusia berada di jalan buntu usai Ukraina menegaskan akan tetap mempertahankan kedaulatan negaranya.
"[Perundingan] di jalan buntu karena kami tidak akan memperdagangkan wilayah dan rakyat kami,” kata Zelensky dilansir Bloomberg, Minggu (17/4/2022).
Zelensky menyatakan jika pasukan Rusia menindaklanjuti ancaman untuk menghancurkan pasukan Ukraina yang tersisa yang bertempur di Mariupol, itu akan “mengakhiri” pembicaraan antara kedua negara.
Miliarder Roman Abramovich telah melakukan perjalanan ke Kiev dalam upaya untuk memulai kembali pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina, yang terhenti setelah muncul bukti kekejaman Rusia terhadap warga sipil.
Abramovich bertemu dengan negosiator Ukraina untuk membahas cara menghidupkan kembali negosiasi, menurut orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Di Rusia, Abramovich “mewakili pihak yang mendukung resolusi diplomatik dan akhir perang. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa itu bukan permainan,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kepada media online.
Dalam perundingan sebelumnya di Turki, Rusia mengatakan akan menghentikan operasi militer di dekat ibu kota Ukraina, Kiev dan Chernihiv.
Sementara itu, seorang perunding Ukraina mengatakan negara itu mencari jaminan keamanan internasional untuk wilayah yang tidak termasuk wilayah Donbass dan Krimea yang dikuasai separatis.
Rusia mengindikasikan pembicaraan itu dapat membuka jalan bagi pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Negosiator Ukraina Mykhailo Podolyak, yang bertemu dengan rekan-rekannya dari Rusia di Istanbul, mengatakan gencatan senjata untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan dan jaminan keamanan adalah topik yang sedang dibahas dalam pembicaraan yang sedang berlangsung.
Poin kunci bagi Ukraina adalah tentang jaminan keamanan internasional dari negara-negara Uni Eropa dan NATO. Akan tetapi, untuk mencapai konsensus diperkirakan akan sulit karena Uni Eropa dan NATO bersikeras untuk tidak terlibat dalam pertempuran langsung di Ukraina.
“Hanya dengan kesepakatan ini kita bisa mengakhiri perang. Isu kedua yang tidak kalah pentingnya adalah gencatan senjata untuk menyelesaikan semua masalah kemanusiaan yang perlu segera diselesaikan," ungkap Podolyak.