Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stunting Masih Jadi PR di Indonesia, Ini Saran Pakar

Data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 menunjukkan prevalensi stunting Indonesia masih mencapai 24,4 persen.
Stunting/istimewa
Stunting/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada balita menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia.

Meskipun angkanya turun setiap tahun, menurut data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting Indonesia masih mencapai 24,4 persen. 

Ahli Gizi Universitas Indonesia (UI), Sandra Fikawati menilai masalah stunting di Indonesia berasal dari banyak faktor. Penyebabnya dimulai sebelum lahir (faktor ibu) dan lanjut sesudah lahir. 

"Pertama dimulai dari ibu, dari lahir saja ibunya itu sudah kurang gizi dan anemia itu jadi menyebabkan stunting. Dengan dia lahir stunting pertumbuhannya kurang bagus, itu mempengaruhi pertumbuhannya selanjutnya," kata Fika kepada Bisnis., Minggu (10/4/2022). 

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tahun 2022, ada sekitar 23 persen anak lahir dengan kondisi stunting akibat ibu hamil sejak masa remaja kurang gizi dan anemia.

Kemudian, Kemenkes RI menyebut angka tersebut meningkat pada usia 6-23 bulan, akibat kurang protein hewani pada makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang mulai diberikan sejak usia 6 bulan. 

Kendati demikian, Fika menilai ada hal yang luput dari perhatian Pemerintah. Menurutnya, faktor penyebab stunting bukan hanya saat bayi masih dalam kandungan (ibu hamil kondisi kurang gizi kronis dan anemia), namun juga saat bayi masih mendapatkan ASI eksklusif dari ibu menyusui.

"Saat ini banyak yang merasa tidak ada masalah pada ibu menyusui selama ibu tersebut bisa memberikan ASI eksklusif, padahal buat saya ada masalah besar di periode ini," imbuhnya.

Berdasarkan data Kemenkes RI (2018), ada 48,9 persen ibu hamil di Indonesia mengalami anemia atau kekurangan darah dan sekitar 25 persen mengalami kurang energi kronis.

"Nah, kemudian bagaimana kalau dia harus menyusui dan memberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia minimal 6 bulan, dimana tidak ada waktu bagi ibu untuk melakukan perbaikan gizi dan kebutuhan gizi saat ibu menyusui bahkan lebih tinggi daripada ibu hamil." katanya. 

Saat ini Kemenkes RI, Pemerintah berupaya mendukung berkurangnya stunting dengan menyasar pada ibu hamil dan anak pada usia 6-23 bulan.

Hal tersebut terlihat dari 11 program intervensi spesifik untuk menurunkan stunting yang dikeluarkan Kemenkes RI (2022), program tersebut terutama hanya menyasar pada kurangnya konsumsi protein hewani pada ibu hamil dan bayi/anak (usia 6-11 bulan dan 12-23 bulan). Namun, periode usia 0-6 bulan tampaknya belum menjadi perhatian. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper