Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak buka suara terkait pencegatan kapal tanker Pertamina Prime di lepas pantai Denmark pada Kamis, (31/3/2022).
Aksi pencegatan kapal milik PT Pertamina (Persero) tersebut merupakan wujud protes terhadap pembelian minyak mentah dari Rusia. Leonard mengungkapkan, membeli minyak dari Rusia sebagai agresor Ukraina dinilai tidak elok karena mendukung pendanaan perang.
Persoalan ini, kata Leonard, dinilai tidak etis karena seharusnya Indonesia mengikuti amanat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang menjaga perdamaian dunia. Selain sebagai organisasi pegiat lingkungan hidup, Greenpeace juga ikut serta dalam ketertiban di lingkup internasional.
“Jadi ini ada persoalan etis yang sangat serius sebenarnya. Jadi membeli minyak karena murah dari negara agresor. Kita ini punya mandat di UUD 45 untuk menjaga perdamaian dunia, ini tindakan dengan kepentingan jangka pendek yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kita yang ada pada konstitusi,” tuturnya dikutip dari Tempo, Rabu (6/4/2022).
Menurutnya, aksi blokade tersebut dilakukan oleh sekelompok aktivis dari Greenpeace Nordic.
“Yang mengerjakan atau melakukan aksi tersebut adalah teman-teman Greenpeace Denmark, Swedia, Norwegia, dan Finlandia. Di sana itu namanya Greenpeace Nordic, gabungan dari beberapa negara Skandinavia,” kata Leonard.
Baca Juga
Pencegatan kapal, kata Leonard, juga dilakukan secara damai tanpa kekerasan. Dia mengatakan bahwa Greenpeace pun juga tidak mempunyai kekuatan untuk menghadang kapal-kapal lain juga yang diduga akan membeli minyak mentah dari Rusia saat masa konflik.
“Tentunya temen-temen Greenpeace di Eropa pada dasarnya melakukan protes tidak hanya melakukan protes kepada Indonesia, tapi juga ke negara lain,” ujarnya.
Sebelumnya, aksi pencegatan ini dilakukan oleh sekelompok aktivis Greenpeace menggunakan kayak. Kemudian mereka menuliskan “Perang Bahan Bakar Minyak” di lambung kapal yang dimiliki PT Pertamina International Shipping.
“Pada pukul 11:00 [09.00 GMT], para aktivis mulai memblokade super tanker Pertamina Prime, mencegah kapal lain Seaoath mendekatinya dan memblokir pengiriman minyak,” kata juru bicara Greenpeace Emma Oehlenschlager dikutip dari French 24.
Namun, French 24 menuliskan bahwa kedua kapal itu milik Rusia. Sekitar 100 ribu ton minyak mentah akan ditransfer antara kedua kapal. Adapun dalam dua minggu terakhir, Greenpeace cabang Denmark telah beberapa kali menindak kapal-kapal Rusia yang melakukan transfer minyak.
Hingga saat ini, Pertamina belum memberikan komentar apapun terkait dengan blokade kapalnya oleh Greenpeace di perairan Denmark.