Bisnis.com, JAKARTA--Tentara bayaran Rusia diduga berpartisipasi dalam operasi bersama tentara Mali pada bulan Maret yang menyebabkan 300 pria sipil dieksekusi mati selama lima hari, menurut laporan Human Rights Watch (HRW).
Saksi mata dan tokoh masyarakat setempat mengatakan ratusan orang ditangkap dan dibunuh dalam kelompok-kelompok kecil selama operasi anti-jihadis pada 23 Maret di pusat kota Moura.
Kota pedesaan berpenduduk sekitar 10.000 jiwa itu berada di wilayah Mopti, pusat aktivitas jihadis yang semakin intensif dan menyebar ke negara-negara tetangga di wilayah Sahel.
Sumber keamanan lokal mengatakan kepada HRW bahwa lebih dari 100 pria berbahasa Rusia diduga terlibat dalam operasi tersebut.
Operasi itu digambarkan HRW sebagai kekejaman terburuk yang dilaporkan dalam konflik bersenjata selama satu dekade di Mali. Saksi melihat tentara kulit putih yang berbicara dalam bahasa asing yang mereka yakini sebagai bahasa Rusia.
Tentara Mali telah lama dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia selama operasi kontra-pemberontakan. Juru bicara militer Mali tidak segera menanggapi permintaan untuk mengomentari laporan HRW.
“Pelecehan oleh kelompok-kelompok bersenjata sama sekali bukan pembenaran atas pembantaian yang disengaja oleh militer terhadap orang-orang yang ditahan,” kata Corinne Dufka, direktur Human Rights Watch untuk wilayah Sahel.
“Pemerintah Mali bertanggung jawab atas kekejaman ini, yang terburuk di Mali dalam satu dekade, baik yang dilakukan oleh pasukan Mali atau tentara asing terkait,” katanya seperti dikutip TheGuardian.com, Rabu (6/4).
Setelah laporan dugaan kekejaman di Moura, tentara Mali mengatakan pekan lalu bahwa dari 23-31 Maret mereka membunuh 203 militan Islam dan menahan 51 lainnya menyusul laporan intelijen tentang pertemuan antara kelompok pemberontak.
Pelanggaran HAM
Dia menambahkan bahwa mereka akan menyelidiki tuduhan pelanggaran HAM.
Laporan mengerikan tentang dugaan pelanggaran oleh pasukan Mali dan tersangka tentara bayaran Rusia telah lama muncul di kota itu. Pada 27 Maret, saksi mata mengatakan bahwa tentara Mali tiba dengan helikopter di dekat pasar hewan Moura dan terlibat baku tembak dengan para jihadis.
Helikopter memblokir jalan keluar dari daerah itu ketika para pedagang dan warga sipil mencoba melarikan diri.
Para saksi mata mengatakan tentara berpatroli di kota dan mengeksekusi beberapa pria tak bersenjata yang mencoba melarikan diri dan menahan ratusan lainnya. Para saksi mengatakan kelompok yang terdiri dari 10 orang, sebagian besar dari kelompok etnis Fulani, dibunuh.
Seorang pedagang mengatakan dia sedang minum teh dengan dua saudara laki-lakinya sambil menunggu pasar dimulai ketika dia mendengar suara tembakan.
“Tujuh orang Rusia mendekat, memberi isyarat agar kami bangun. Tidak ada tentara Mali bersama mereka. Mereka menggeledah kami dan rumah, kemudian membawa kami ke timur desa, dekat sungai, di mana kami menemukan 100 orang lagi,” katanya kepada HRW.
“Sekelompok orang Rusia lainnya menunjuk ke saudara-saudara saya dan seorang pria lain. Saya pikir mereka akan diinterogasi. Mereka membawanya dan kemudian mengeksekusinya.