Bisnis.com, JAKARTA--Oposisi Sri Lanka menolak undangan dari Presiden Gotabaya Rajapaksa untuk membentuk pemerintah persatuan dan menuntut pengunduran dirinya karena krisis makanan, bahan bakar, dan obat-obatan yang memburuk di negara itu.
Tuntutan oposisi itu keluar setelah protes anti-pemerintah berlanjut di seluruh negeri atas krisis ekonomi terburuk yang pernah terjadi dan memperdalam ketidakpercayaan pada kepemimpinan Presiden Gotabaya Rajapaksa.
Sebelumnya, kantor presiden menyatakan "mengundang semua partai politik yang diwakili di parlemen untuk bersama-sama menerima portofolio menteri dalam rangka mencari solusi untuk krisis nasional".
Aliansi politik oposisi terbesar, Persatuan Kekuatan Rakyat atau Samagi Jana Balawegaya (SJB), menolak proposal tersebut.
“Rakyat negara ini ingin Gotabaya dan seluruh keluarga Rajapaksa turun dan kami tidak dapat melawan kehendak rakyat dan kami tidak dapat bekerja bersama para koruptor,” kata pejabat tinggi SJB Ranjith Madduma Bandara seperti dikutip Aljazeera.com, Selasa (5/4).
SJB memiliki 54 anggota parlemen dari 225 anggota parlemen.
Front Pembebasan Rakyat (JVP) sayap kiri juga menanggapi dengan mendesak Rajapaksa dan keluarganya yang dulu populer dan berkuasa untuk segera mundur.
“Dia benar-benar gila untuk berpikir bahwa anggota parlemen oposisi akan menopang pemerintahan yang sedang runtuh,” kata anggota parlemen JVP Anura Dissanayaka kepada wartawan di Kolombo.
Partai oposisi minoritas utama, Aliansi Nasional Tamil (TNA) juga bergabung dengan suara-suara yang menolak gagasan itu.
"Tawarannya untuk menyusun kembali kabinet dengan anggota parlemen oposisi tidak masuk akal dan membuat marah orang-orang yang menuntut pengunduran dirinya," kata juru bicara TNA dan anggota parlemen, Mathiaparanan Abraham Sumanthiran.
Semua dari 26 menteri kabinet menyerahkan pengunduran diri mereka pada hari Minggu setelah ribuan orang menentang keadaan darurat dan jam malam di seluruh negeri dan bergabung dengan protes jalanan untuk mengecam pemerintah.
Dua saudara Rajapaksa lainnya, Menteri Keuangan Basil Rajapaksa dan Menteri Irigasi Chamal Rajapaksa, termasuk di antara mereka yang mengundurkan diri, bersama dengan putra perdana menteri, Menteri Olahraga Namal Rajapaksa.