Vaksin Nusantara
Vaksin Nusantara digagas oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Melansir dari sehatq.com, jenis vaksin ini diketahui dibuat dengan metode sel dendritik. Metode ini sebenarnya bukan cara baru, karena biasa digunakan dalam terapi imun pasien kanker.
Pada metode sel dendritik, seseorang yang hendak divaksin perlu melakukan proses pengambilan sampel darah.
Sampel tersebut nantinya akan dibawa ke laboratorium untuk kepeluan pengambilan sel dendrik. Sebagai pengetahuan, sel dendritik adalah komponen sel darah putih yang berperan penting dalam sistem imun.
Setelah sel dendritik didapatkan, nantinya sel ini akan diberi antigen Virus Corona. Kemudian diinkubasi selama tiga hingga tujuh hari.
Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkapkan temuan dari inspeksi uji klinik fase I yang ganjal dari vaksin Nusantara.
Penny mengatakan, dalam aspek Good Manufacturing Practice (GMP), vaksin tidak dibuat dalam kondisi steril.
“Produk vaksin dendritik tidak dibuat dalam kondisi yang steril," kata Kepala BPOM Penny Lukito dalam keterangan tertulis, Rabu (14/4/2021).
Selain itu, BPOM memperoleh 3 temuan yang ganjal dari vaksin Nusantara yaitu, vaksin Nusantara berjalan tanpa pengawasan, tak memenuhi konsep pembuktian, dan belum diujicobakan ke hewan.
Meski belum selesai proses uji klinis, pada medio April 2021 lalu, sejumlah pejabat telah menerima suntikan booster dari vaksin tersebut.