Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) secara resmi menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan terhadap etnis Rohingya oleh militer Myanmar sama dengan genosida setelah ditemukan bukti nyata upaya untuk "menghabisi" minoritas Muslim.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia telah "menetapkan bahwa anggota militer Burma melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap Rohingya.
“Niat militer melampaui pembersihan etnis hingga penghancuran muslim Rohingya yang sebenarnya,” kata Blinken di Museum Peringatan Holocaust AS seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (22/3/2022).
Serangan terhadap etnis Rohingya meluas dan sistematis dan hal itu sangat menentukan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Dalam pidatonya, diplomat top Amerika Serikat itu membacakan kisah tragis dan mengerikan dari para korban yang ditembak di kepala, diperkosa dan disiksa.
Sekitar 850.000 etnis Rohingya mendekam di kamp-kamp di negara tetangga Bangladesh. Mereka mengalami pembunuhan massal dan pemerkosaan, sementara 600.000 anggota komunitas lainnya tetap berada di negara bagian Rakhine Myanmar dan melaporkan penindasan yang meluas.
"Pengumuman ini seharusnya dilakukan jauh sebelumnya, namun saya yakin keputusan AS akan membantu proses ICJ (Pengadilan Internasional) untuk Rohingya," kata seorang Rohingya di sebuah kamp bagi mereka yang terlantar akibat krisis di dekat Sittwe, Ibu Kota Rakhine.
Thin Thin Hlaing, seorang aktivis hak-hak Rohingya, juga menyambut baik langkah AS.
"Saya merasa seperti kami hidup melalui pemadaman listrik tetapi sekarang kami melihat cahaya, karena mereka mengenali penderitaan kami," katanya.
Blinken mencatat pernyataan Jenderal Min Aung Hlaing, panglima militer Myanmar pada tahun 2017 bahwa pemerintah sedang "menyelesaikan" sebuah "pekerjaan yang belum selesai" dalam penghancuran komunitas Rohingya.
Blinken menambahkan, bahwa Min Aung Hlaing memimpin kudeta tahun 2021 yang menggulingkan pemerintah terpilih Myanmar.