Panik
Serangan Rusia di Kyiv - diluncurkan pada 24 Februari – menjadi momentum bagi sukarelawan untuk melakukan perlawanan terhadap tentara Rusia.
Bentrokan ganas di tepi barat laut Kyiv disertai serangan rudal jarak jauh menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai dua belas orang hanya pada pada Senin (14/3/2022) saja.
Meningkatnya rasa bahaya telah memaksa sukarelawan bersenjata yang berpatroli di pos-pos pemeriksaan terbungkus pasir di Kyiv.
Tentara mengganti warna pita di siku dan betis mereka untuk mengetahui dengan lebih baik siapa yang berada di pihak Ukraina dan siapa yang mungkin merupakan penyabot Rusia.
Namun, suasana ketakutan dan menceka tergambar di jalan-jalan kota yang sepi disertai perlawanan keras dan putus ada dari para korban serangan pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Mereka membunuh kucing saya - sekarang Putin sudah selesai," sembur Oleg Sheremet sambil memunguti puing-puing dari serangan pertama hari itu beberapa blok di jalan.
Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko berdiri dengan tinjunya yang besar terkepal beberapa langkah dari jenazah putra Tikhovska.
Rompi antipeluru mantan juara tinju itu tampak mungil di dadanya yang persegi.
Sekelompok pengawal bersenjata lengkap mengepung Klitschko saat dia mengintip ke kamera wartawan TV Ukraina yang berdesak-desakan dan menantang Putin untuk menyerang.
"Rusia ingin membawa kepanikan ke kota kami," kata Klitschko dengan suara tinggi.
"Tapi ini tidak akan pernah terjadi. Itu hanya akan memotivasi setiap warga Ukraina untuk lebih mempertahankan kota kami."
Serangan baru berupa ledakan jauh dari front utara Kyiv memaksa Klitschko kembali ke mobilnya.
Rombongannya meninggalkan penduduk setempat yang masih mencoba memahami mengapa Rusia memutuskan untuk menyerang bagian kota mereka yang sepi, sebanyak dua kali dalam rentang beberapa jam.