Bisnis.com, JAKARTA — Produsen sepatu asal Jerman, Adidas SE, memperkirakan pendapatan tahun ini tetap dapat naik kendati pemasukan dari Rusia dipastikan turun akibat Perang Rusia Ukraina.
Manajemen Adidas menyampaikan penjualan bersih dapat tumbuh 11 persen - 13 persen pada 2022 ditopang oleh permintaan sepatu sneakers yang masih tinggi secara global. Target tersebut lebih optimistis dibandingkan proyeksi yang dipasang analis sebesar 9,5 persen.
Adapun, bisnis barang konsumen bermerek tengah menghadapi tantangan baik dari sisi penurunan daya beli akibat pandemi maupun tensi geopolitik akibat Perang Rusia Ukraina.
Adidas pun menjadi salah satu brand global yang menghentikan operasionalnya di Rusia sebagai bentuk kecaman atas invasi Rusia di Ukraina. Beberapa brand lain yang juga menghentikan operasi di Rusia adalah Nike Inc. dan Puma SE.
“Perang di Ukraina akan berisiko terhadap penjualan sebesar 250 juta euro (US$273 juta) atau setengah dari bisnis kami di Rusia dan area Commonwealth of Independent States (CIS),” tulis manajemen Adidas, dikutip Bloomberg pada Rabu (9/3/2022).
Kerugian Adidas di Rusia dan negara-negara CIS tersebut mencerminkan bahwa operasional perseroan di sana memiliki kontribusi sebesar 1 persen terhadap pertumbuhan total penjualan.
Di sisi lain, Adidas memperkirakan penjualan dapat tumbuh mid-single digit pada 2022 di wilayah China atau tumbuh dari kenaikan 3 persen pada 2021.
Adapun, brand barang konsumen global memang masih kesulitan untuk memasuki pasar China karena negara tersebut melakukan boikot dan lebih mendukung merek lokal. Pasar potensial lainnya pun beralih ke Amerika Utara dan Amerika Latin yang diharapkan menjadi mesin pertumbuhan penjualan bagi Adidas tahun ini.