Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Raksasa Waralaba AS McDonald’s Tarik Diri dari Rusia Menyusul Apple dan Levi’s

Perusahaan waralaba multinasional milik Amerika Serikat (AS) McDonald’s menangguhkan kegiatan usahanya di Rusia menyusul Apple, Levi's.
Papan tanda menyala pada malam hari di restoran McDonald's Corp. di Los Angeles, California, AS/Bloomberg-Kyle Grillot
Papan tanda menyala pada malam hari di restoran McDonald's Corp. di Los Angeles, California, AS/Bloomberg-Kyle Grillot

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan waralaba multinasional milik Amerika Serikat (AS) McDonald’s menangguhkan kegiatan usahanya di Rusia seperti Apple, Levi's dan lainnya.

Coca-cola dan Starbuck diperkirakan akan mengambil langkah yang sama, meski beberapa di antaranya memilih tetap tinggal di negara itu dengan risiko reputasi mereka.

Setelah invasi  Rusia bulan lalu ke Ukraina, tekanan terus meningkat dan seruan muncul di media sosial dengan tagar seperti #BoycottMcDonalds dan #BoycottPepsi.

"McDonald's telah memutuskan untuk menutup sementara semua restoran kami di Rusia dan menghentikan sementara semua operasi di pasar," menurut raksasa makanan cepat saji itu ssperto dikutip Aljazeera.com, Rabu (9/3/2022).

Sambil menyesalkan dampaknya terhadap 62.000 orang yang bekerja di 850 restoran di Rusia, perusahaan tersebut menyatakan, “Kami tidak dapat mengabaikan penderitaan manusia yang tidak perlu yang terjadi di Ukraina.”

Kepala Dana Pensiun negara bagian New York, Thomas DiNapoli telah mengirim surat kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi di negara itu dengan mengatakan bahwa mereka “perlu mempertimbangkan apakah berbisnis di Rusia sepadan dengan risikonya selama masa yang luar biasa bergejolak ini”.

Pesan itu dikirim ke McDonald's dan Pepsi, produsen makanan ringan Mondelez, grup kosmetik Estee Lauder, and Coty serta perusahaan pialang Bunge.

Universitas Yale

Sebuah tim dari Universitas Yale yang mencatat daftar perusahaan dengan kehadiran signifikan di Rusia menyatakan, sekitar 250 perusahaan telah mengumumkan penarikan mereka dari negara tersebut sejak invasi Rusia atas Ukraina.

Hal itu mengingatkan pada “boikot perusahaan berskala besar terhadap Apartheid Afrika Selatan pada 1980-an.”

Akan tetapi banyak perusahaan AS yang terus beroperasi di Rusia dan tetap diam. Namun Bunge, Mondelez, Kimberly-Clark dan Coty tidak menanggapi permintaan wartawan untuk berkomenter.

Starbucks menyatakan 130 kedai kopinya di Rusia dimiliki oleh konglomerat Kuwait. Sedangkan, Yum Brands menyatakan sekitar 1.000 KFC dan 50 restoran Pizza Hut-nya hampir semuanya dioperasikan oleh pemilik independen.

Dalam beberapa kasus tekanan itu berhasil. Pada Senin (7/3/2022) malam, Yum Brands mengumumkan "menangguhkan semua investasi dan pengembangan restoran di Rusia" dan Estee Lauder "memutuskan untuk menangguhkan semua aktivitas komersial di Rusia".

Beberapa pebisnis mungkin memiliki alasan yang sah untuk bertahan, kata beberapa pakar etika dan strategi komunikasi. Perusahaan itu mungkin ragu untuk pergi karena mereka berpikir dapat menengahi atau karena mereka membuat produk penting, seperti bahan farmasi, kata Tim Fort, profesor etika bisnis di Indiana University.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper