Bisnis.com, JAKARTA - Pihak Ukraina mengklaim ada sebanyak 5.710 tentara Rusia tewas dan terluka.
Sementara itu, mereka juga menyatakan telah menghancurkan sekitar 198 tank dan 29 helikopter, tujuh sistem pertahanan udara dalam lima hari pertempuran di Ukraina dari 24 Februari hingga 1 Maret (per 06:00), demikian pernyataan Staf Umum Angkatan Bersenjata melansir Ukraina News Agency.
Selain itu, ada juga 200 tentara Rusia ditangkap.
Selain itu, 846 kendaraan tempur lapis baja, sekitar 77 sistem artileri, sekitar 24 sistem peluncuran roket ganda, sekitar 60 tank dengan bahan bakar dan pelumas, tiga kendaraan udara tak berawak operasional-taktis, dua kapal, 305 kendaraan hancur dan rusak.
Saat ini, data yang valid sedang dihitung.
Sementara itu, melansir Forbes, lebih dari 70 tentara Ukraina tewas oleh serangan roket Rusia di kota Okhtyrka pada hari Selasa, menurut pihak berwenang Ukraina yang menuduh Moskow terlibat dalam "taktik barbar" dan kejahatan perang ketika jumlah korban tewas dari invasi Rusia meningkat.
Baca Juga
Kepala wilayah itu, Dmytro Zhyvytskyy, memposting foto-foto di Telegram dari sebuah bangunan empat lantai yang hancur.
Dalam sebuah posting Facebook, Zhyvytskyy mengatakan banyak tentara Rusia dan beberapa penduduk setempat juga tewas dalam pemboman itu.
Dilansir dari Guardian, Walikota Okhtyrka, Pavlo Kuzmenko, memposting di Facebook, mengatakan: “Sekali lagi, musuh mengobarkan perang keji. Sebuah bom bahan bakar-udara dijatuhkan di depot minyak, tangki minyak diledakkan.”
Peningkatan dalam penembakan dan serangan rudal di daerah perkotaan Ukraina terjadi ketika kolom militer Rusia berkumpul di utara Kyiv diperkirakan panjangnya 40 mil, lebih dari dua kali lipat ukurannya sejak akhir pekan di tengah peringatan peringatan intelijen AS bahwa Rusia berusaha untuk menyelesaikan pengepungannya di Kyiv.
Konvoi lapis baja Rusia berjarak 17 mil (25km) dari pusat ibukota Ukraina, sebuah kota yang biasanya berpenduduk tiga juta, menurut perusahaan satelit AS Maxar. Foto-fotonya juga menunjukkan pengerahan pasukan darat dan unit helikopter serang darat di Belarus selatan, di tengah kekhawatiran presidennya, Alexander Lukashenko, dapat mengirim pasukan untuk membantu pasukan Rusia Vladimir Putin dalam 24 jam ke depan.