Bisnis.com, JAKARTA -- Rusia mulai memborbardir Ukraina. Ada korban jiwa dan banyak warga sipil yang terluka selama agresi berlangsung. Rusia dan pemimpinnya, Vladimir Putin, kemudian panen kecaman.
Putin berdalih bahwa serangan ke Ukraina dilakukan untuk melindungi rakyat, etnis Rusia, yang telah menguasai sebagian wilayah Donbas di timur Ukraina.
Dia juga memperingatkan Amerika Serikat dan Sekutunya untuk tidak ikut campur dalam konflik dua negara Slavik tersebut. Putin bahkan mengancam akan memberikan konsekuensi yang pedih jika barat nekat masuk dalam pusaran konflik Rusia-Ukraina.
Sementara itu, Ukraina bukannya tanpa perlawanan. Pasukan yang disokong barat terus berupaya melawan keunggulan tentara Rusia.
Perlawanan tersebut kemudian menjadikan kota-kota di Ukraina sebagai medan tempur. Suara ledakan dan kilatan senjata hampir terjadi sepanjang waktu. Warga mengungusi ketakutan terkena misil-misil yang duncurkan oleh Rusia.
Ukraina dan Rusia sebenarnya memiliki banyak kesamaan. Keduanya sama-sama didominasi oleh bangsa Slavik. Pernah menjadi bagian dari Soviet. Keduanya juga merdeka dari Uni Soviet pada awal dekade 1990-an silam.
Baca Juga
Bedanya, usai Soviet runtuh, Rusia mengklaim sebagai pewaris dari negeri penguasa Blok Timur. Sementara Ukraina menjadi negeri merdeka yang independen. Mereka kemudian lebih condong ke Eropa (Blok Barat), dibandingkan Rusia.
Agresi Dimulai
Rusia resmi melancarkan operasi militer terhadap Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan, bahwa operasi militer yang dilakukan atas Ukraina untuk melindungi warga sipil dan separatis yang ditindas oleh pemimpin Ukraina.
“Keadaannya mengharuskan kita mengambil langkah tegas dan cepat. Warga Republik Donbas meminta bantuan dari Rusia,” ujarnya dalam siaran persnya yang disiarkan media Rusia, dilansir Channel News Asia, Kamis (24/2/2022).
(Rusia mulai melancarkan agresinya ke Ukraina, tampak seorang tentara Ukraina sedang berdiri di parit pertahanan)
“Tujuannya adalah melindungi warga yang selama 8 tahun menderita akibat serangan dan genosida dari rezim Kyiv,” tambah Putin.
Menurutnya, hal itu berdasarkan artikel 51 bagian 7 PBB dengan persetujuan Federal Rusia dan berdasarkan kesepakatan ratifikasi pada 22 Februari dan untuk membantu warga Donets dan Luhanstk.
Putin pun memperingatkan negara-negara lain bahwa setiap upaya untuk mengganggu tindakan Rusia akan mengarah pada "konsekuensi yang belum pernah mereka lihat."
“Siapapun yang mencoba menghentikan kami dan mengancam keamanan negara kami, warga kami, harus mengetahui bahwa Rusia akan memberi respons dengan segera dan bisa menuntun Anda kepada konsekuensi yang tidak pernah Anda hadapi sebelumnya sepanjang sejarah. Kami siap melakukan segala kemungkinan,” ungkap Putin.
Ancaman Rusia
Sementara itu, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menyebut negaranya selalu berada dalam perang hibdrida atau hybrid war dan ancaman Rusia semenjak merdeka 30 tahun lalu.
"Semenjak kemerdakaan kami, kami selalu menyaksikan perang hibrida dan ancaman yang tak berhenti," kata Vasyl dalam diskusi daring di Kanal YouTube Universitas Nasional 1949, Kamis (24/2/2022).
Dia juga menekankan bahwa setiap tahunnya Rusia selalu menekan Ukraina lewat gas dan minyak bumi. Rusia juga selalu mengancam untuk memberhentikan pasokan gas.
"Setiap tahun Rusia mengancam kami, 'kalian akan mati kedinginan, karena kami akan menghentikan suplai gas' setiap tahun adalah tekanan ekonomi," kata Vasyl.
Propaganda Russia
Rusia, kata Vasyl, juga selalu melancarkan propaganda seperti halnya 'Rusia dan Ukraina Bersaudara', 'Rusia takut akan NATO', dan 'Rusia takut Ukraina'.
Menurut dia, alasan menyerang Ukraina dan negara lainnya adalah kekuatan. Serangan ke Ukraina ingin menunjukan bahwa Rusia ingin terlihat kuat.
"Rusia ingin kekuatan, Russia ingin kuat, itu alasan Rusia menyerang dan membunuh rakyat Ukraina," kata dia.