Bisnis.com, JAKARTA -- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjawab spekulasi banyak pihak yang mengaitkan antara insiden kekerasan Wadas dengan Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024.
Ganjar secara tegas membantah hal tersebut. Dia juga menyatakan tidak terlalu mempedulikan adanya pihak yang selalu mengaitkan dirinya dengan kontestasi politik lima tahunan tersebut.
"Kalau itu [Pilpres) saya tidak ada urusan," tegas Ganjar saat diskusi dengan Forum Pimred, Kamis (17/9/2022) malam kemarin.
Politikus PDIP tersebut memaparkan bahwa insiden Wadas memang cukup mengagetkan banyak pihak. Apalagi dengan beredarnya rekaman kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian kepada warga penolak tambang.
Namun demikian, Ganjar menganggap insiden Wadas terjadi karena adanya komunikasi yang kurang tuntas.
Oleh karena itu, pihaknya telah membuat tim guna mengatasi sumbatan informasi antara pemerintah dengan warga Wadas yang sampai sekarang masih belum setuju dengan penambangan batu andesit untuk pembangunan Bendungan Bener.
Baca Juga
"Saya mencoba untuk memberikan informasi ke publik dengan gaya saya," ujar Ganjar.
Batu Andesit Wadas
Insiden Wadas bermula dari keinginan pemerintah untuk menambang batu andesit guna mendukung pembangunan Bendungan Bener di Purworejo.
Kepala Bidang Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, Yosiandi Radi Wicaksono, mengatakan batu andesit itu dibutuhkan untuk struktur luar yang memperkuat konstruksi Bendungan Bener.
“Batu andesit ini nanti untuk bahan timbunan main dam Bendungan Bener. Jadi batu ini dimanfaatkan untuk timbunan batuan,” ucapnya dalam tayangan Top News Metro TV, dikutip pada Jumat (11/2/2022).
Dia menambahkan, menurut hasil kajian yang dilakukan sebelumnya, struktur geologi di kawasan Bendungan Bener tidak cocok dengan desain bendungan beton. Apalagi bendungan tersebut merupakan yang tertinggi di Indonesia, sehingga membutuhkan material penguat, seperti batuan andesit.
“Kondisi struktur geologi di main dam Bendungan Bener ini kurang cocok dengan desain bendungan beton. Hasil studi yang sudah dilakukan BBWS sebelumnya lebih cocok menggunakan timbunan batu andesit kurang lebih sekitar 8,5 juta meter kubik,” ucap Yosiandi.
Lebih jauh, berdasarkan hasil kajian pula, material batu andesit dari Desa Wadas dinilai sangat cocok untuk konstruksi bendungan tersebut.
Sementara itu, dalam berbagai refensi, tanah surga di Bumi Wadas mengandung sekitar 40 juta meter kubik batu andesit. Lokasinya juga tidak begitu jauh dari proyek Bendungan Bener yang mana berjarak sekitar 10-12 kilometer. Hal inilah yang membuat pelaksana proyek memilih melakukan penambangan terbuka di kawasan Desa Wadas.
“Kebutuhan kami untuk batuan andesit ini sekitar 8,5 juta meter kubik. Kebetulan hasil studi kami Desa Wadas memiliki tampungan batu andesit yang banyak, sekitar 40 juta meter kubik dan lokasinya yang terdekat dengan Bendungan Bener. Sebenarnya ada alternatif lain, selisih sekitar 5 km dan tampungannya tidak banyak. Maka berdasarkan alternatif studi itu kami kembali memutuskan memanfaatkan Desa Wadas untuk mengambil batu andesit,” jelasnya.
Dalam pelaksanaan penambangan nanti, pengelola proyek akan membangun jalan khusus untuk memudahkan distribusi batu andesit dari Desa Wadas ke bendungan. Jadi, nantinya akan ada jalur tersendiri yang menghubungkan tapak bangunan dengan Desa Wadas yang akan ditambang selama dua hingga tiga tahun ke depan.