Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional (Wamen ATR/Waka BPN) Surya Tjandra mengatakan bahwa ada beberapa urgensi pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur.
Dia menyebut sejumlah urgensi yang dimaksud antara lain kelangkaan air bersih di Jawa yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2040-2045, ancaman bencana alam, hingga geopolitik.
“Konsekuensi lain di Jawa juga tanahnya sangat subur dibanding pulau lain, tapi secara umum sudah banyak sekali orang. Sementara ketersediaan lahan juga sangat terbatas. Kita perlu membayangkan ada tempat lain yang bisa dibangun menjadi satu lokasi pembangunan baru, centre of gravity yang baru,” kata Surya saat jadi pembicara kunci webinar dikutip dari keterangan pers, Jumat (28/1/2022).
Surya menjelaskan bahwa pembangunan IKN baru memang perlu menjadi perhatian semua pihak karena dari segi perencanaan selalu ditemukan blind spot. Artinya, masalah-masalah yang timbul ketika isu tersebut diangkat.
“Barangkali kawan-kawan PK bisa mulai diskusi, seperti kali ini dibahas Barito Raya, yang tidak terlalu dipikir ketika bicara pembangunan IKN karena masuk ke Kalteng, sementara IKN berada di Kaltim,” jelasnya.
Pembahasan bagi pembangunan daerah penyangga IKN, tambah Surya, dipandang penting karena harapannya ada pemerataan pembangunan bagi daerah di sekelilingnya.
Oleh karena itu, perlu didorong kawasan penyangga yang bisa mendukung kebutuhan yang nantinya menjadi pusat ekonomi baru.
“Perlu juga infrastruktur pembangunan. Kita butuh orang. Kalau tidak, apa gunanya pembangunan kalau tidak ada manfaat,” ujarnya.
Salah satu contoh nyata dari pentingnya pembangunan, yaitu Kota Samarinda. Surya menuturkan bahwa sejak ditetapkan Kalimantan Timur sebagai IKN, investasi di beberapa daerah penyangga yang berdekatan dengan IKN mulai meningkat. Akan tetapi, perlu disesuaikan dengan rencana tata ruang.
“Mengubah itu butuh strategi, butuh pemahaman yang mendalam dari kepala daerah juga timnya untuk menyiapkan itu secara seksama, rapih, dan tepat. Karena pada saat yang sama dituntut untuk menjaga kualitas dan daya dukung lingkungan yang memang alasan dipilihnya Kaltim karena dianggap lingkungannya masih bagus,” ungkapnya.