Bisnis.com, JAKARTA — Bupati Langkat Terbit Rencana Perangin-angin tengah menjadi sorotan. Setelah tertangkap tangan oleh KPK, ditemukan penjara manusia di rumahnya.
Penjara tersebut menjadi indikasi dugaan bahwa Terbit alias Cana melakukan perbudakan manusia. Setidaknya ada 40 lelaki yang diduga diperbudak oleh Cana dengan menggunakan modus panti rehabilitasi narkoba.
Mereka diduga dipekerjakan oleh Cana untuk memanen kebun sawit miliknya. Selain tidak digaji, mereka disebut-sebut juga disiksa dan ditahan di dalam suatu kerangkeng besi yang berlokasi di belakang rumahnya di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara.
Dugaan perbudakan manusia di era modern itu pun membuat banyak orang geram. Satu cara warganet menunjukan emosinya adalah dengan menyunting laman profil Wikipedia Terbit Rencana Perangin-angin. Dia disebut sebagai seorang iblis yang kaya karena memperbudak manusia.
Warganet yang menyunting profil Wikipedia Cana juga menyebut Ketua DPRD Kabupaten Langkat periode 2014-2018 sebagai anak anjxxg yang masuk daftar 10 calon kepala daerah terkaya menurut KPK.
Adapun dugaan perbudakan yang dilakukan Bupati Langkat telah dilaporkan oleh Migrant Care ke Komnas HAM, Jakarta, Senin (24/1/2021). Menurut Ketua Pusat Studi Migrasi Migrant CARE Anis Hidayah, dugaan perbudakan ini terungkap saat petugas Komisioner Pemberantasan Korupsi (KPK) menindak Cana terkait kasus suap beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Anis mengatakan bahwa di belakang rumah Cana, yang juga menjabat ketua Ormas di Kabupaten Langkat, terdapat dua unit sel menyerupai kerangkeng yang terbuat dari besi. Bentuk kerangkeng tersebut nyaris menyerupai penjara lengkap dengan gembok.
"Para pekerja yang dipekerjakan di kebun kelapa sawitnya, sering menerima penyiksaan, dipukuli sampai lebam-lebam dan sebagian mengalami luka-luka. Para pekerja tersebut dipekerjakan di kebun kelapa sawitnya selama 10 jam, dari jam 8 pagi sampai jam 6 sore," kata Anis.
Menurut Anis, mereka akan kembali dikurung di kerangkeng setelah usai berkerja. Di tempat itu, para pekerja paksa ini tidak memiliki akses komunikasi dan terisolir dari dunia luar.
"Setiap hari mereka hanya diberi makan 2 kali sehari. Selama bekerja mereka tidak pernah menerima gaji," kata Anis.