Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BMKG : Fenomena Alam Selat Sunda Jadi Bencana, Jika...

Peneliti ahli madya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mohamad Ramdhan mengatakan Fenomena alam di Selat Sunda bisa menjadi bencana, karena itu perlu adaptasi lantaran kawasan tersebut memiliki potensi gempa maksimal magnitudo (M) 8,7 dengan potensi tsunami hingga 20 meter.
Pemasangan alat pendeteksi tsunami BUOY di sekitar perairan Gunung Anak Krakatau. Foto: @bppt_ri
Pemasangan alat pendeteksi tsunami BUOY di sekitar perairan Gunung Anak Krakatau. Foto: @bppt_ri

Bisnis.com, JAKARTA - BMKG menilai fenomena alam seperti gempa, tsunami, dan erupsi di Selat Sunda, Banten, akan menjadi bencana jika masyarakat tidak beradaptasi.

Peneliti ahli madya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mohamad Ramdhan mengatakan adaptasi menjadi penting lantaran kawasan tersebut memiliki potensi gempa maksimal magnitudo (M) 8,7 dengan potensi tsunami hingga 20 meter.

"Seandainya terjadi kita harus siap, gempa bumi, tsunami dan erupsi untuk memikirkan bagaimana beradaptasi," ujar Ramdhan dikutip dari Antara.

Menurut dia, gempa yang terjadi di Kabupaten Pandeglang M 6,6 pada Jumat (14/1) merupakan "foreschock" atau energi yang dirilis sedikit-sedikit sebelum "main schok" atau energi maksimal gempa.

Menurut kajian BMKG, Pulau Sumatra hingga Jawa bagian barat pergeseran lempeng terdapat banyak sumber gempa yang dapat menjadi ancaman. Sebab, sumber gempa selain dari zona subduksi, sesar Sumatra dan sesar yang ada di Jawa.

Selain itu, longsoran Gunung Krakatau telah mengakibatkan tsunami pada 2018 dan paling fenomenal dengan ketinggian lebih dari 30 meter akibat erupsi 1883.

"Jawa bagian barat ada ibu kota, penduduk tinggi, daerah wisata. Tugas kita semua meningkatkan kesiapsiagaan kita meningkatkan adaptasi dengan fenomena alam," ujar dia.

Dibandingkan dengan gempa di Malang Magnitudo 6,0, karakter gempa Banten terbilang merusak. Sebab terjadi selama lebih dari 12 detik dan menurut pengalaman di lapangan menyebabkan 3.000 lebih rumah rusak.

Gempa Banten tidak menghasilkan tsunami, karena tidak cukup kuat energinya untuk menghasilkan deformasi signifikan di permukaan bawah laut.

"Gempa selatan Banten, menurut BMKG, terjadi di zona subduksi, masih kita diskusikan lagi di zona interplate atau transisi, karena selain kedalamannya menengah, karakternya antara keduanya," katanya.

Hasil perubahan coloumb stress dan sebaran aftershock menunjukkan rambatan rupture ke arah vertikal.

BMKG telah mendiseminasikan peringatan dini gempa lima menit sebelum kejadian, dan memperbarui perubahan magnitudo berdasarkan data gempa yang diolah secara sistematik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper