Bisnis.com, SOLO - Nama Nusantara akhirnya terpilih sebagai calon nama ibu kota baru Indonesia di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Adapun salah satu alasan pemilihan nama Nusantara karena ia telah memiliki catatan sejarah panjang dan menjadi ikonik di dunia internasional.
Dilansir dari jurnal berjudul Hubungan Internasional Kuno Indonesia, asal-usul istilah Nusantara pertama kali tercatat dalam literatur Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga ke-16). Kala itu, nama tersebut digunakan untuk menggambarkan konsep kenegaraan yang dipakai Kerajaan Majapahit.
Hal ini termuat dari naskah Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gadjah Mada saat ia diangkat menjadi Patih Amangkubumi Kerajaan Majapahit. Isi naskah yang diucapkan pada 1336 adalah sebagai berikut:
“Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa.”
Sementara itu, melansir dari jurnal Tinjauan Sejarah terhadap Penetapan Pulau-pulau di Indonesia, dalam Kitab Negarakertagama tercantum sebaran wilayah-wilayah Nusantara. Disebutkan, pada masa sekarang mencakup sebagian besar wilayah Indonesia saat ini ditambah wilayah Semenanjung Melayu.
Secara morfologi, istilah ini adalah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa Kuno, yaitu Nusa (pulau) dan Antara (lain atau seberang). Sekaligus menegaskan bahwa istilah Nusantara digunakan untuk menggambarkan pulau-pulau yang berada di luar pulau Jawa kala itu.
Baca Juga
Setelah keruntuhan Majapahit, istilah Nusantara sempat tenggelam alias tidak digunakan lagi. Hingga 1920-an, istilah ini dimunculkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara. Ia menggunakannya dalam rangka sebagai nama alternatif dari negara merdeka setelah Hindia-Belanda selain “Indonesia” dan “Insulinde”.
Ketika “Indonesia” akhirnya ditetapkan sebagai nama politis bangsa yang baru pada Kongres Pemuda II (1928), istilah Nusantara tidak serta-merta ditinggalkan. Pada masa modern, justru digunakan sebagai padanan kata bagi “Indonesia”. Baik digunakan dalam ranah pengertian antropogeografi maupun politik.
Namun, setelah itu juga terjadi pengertian tumpang tindih dengan istilah “Kepulauan Melayu”. Hal ini dilatarbelakangi saat negara Malaysia berdiri pada 1957. Dibalut politik konfrontasi oleh Soekarno, semangat kebersamaan di bawah istilah Nusantara tergantikan dengan semangat permusuhan. Ketika permusuhan berakhir, pengertian istilah Nusantara tetap bermakna semangat kebersamaan antarrumpun.