Bisnis.com, JAKARTA - Rusia akan melakukan pengerahan militer ke Kuba dan Venezuela, jika pembicaraan dengan negara Barat tentang jaminan keamanan Eropa dan Ukraina gagal setelah perundingan terakhir dengan NATO menemui jalan buntu.
Dalam upaya nyata untuk meningkatkan daya tawar dengan pemerintahan Biden, Sergei Ryabkov, yang memimpin delegasi Rusia dalam pertemuan dengan Amerika Serikat (AS) mengatakan kepada televisi Rusia, bahwa dia tidak dapat mengkonfirmasi atau mengecualikan pengiriman aset militer ke Kuba dan Venezuela jika pembicaraan gagal.
Ketika ditanya tentang langkah-langkah itu dia mengatakan "semuanya tergantung pada tindakan rekan-rekan kami di AS".
Sementara, diplomat senior Rusia lainnya mengancam "tindakan yang diperlukan" yang tidak ditentukan jika tuntutan keamanan Moskow tidak dipenuhi.
Terkait diplomasi yang tampaknya tidak menghasilkan kemajuan dalam sepekan terakhir, penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan, mengatakan bahwa intelijen AS sedang mempelajari langkah Rusia menyiapkan serangan ke Ukraina sebagai dalih untuk invasi.
“Kami melihat pengalamman ini pada tahun 2014. Mereka sedang mempersiapkan skenario ini, ” kata Sullivan seperti dikutip TheGuardian.com, Jumat (14/1/2022).
Baca Juga
Dia mengatakan, bahwa pemerintah akan membagikan lebih banyak informasi intelijen dalam 24 jam ke depan.
Sullivan mengatakan, tidak ada tanggal yang ditetapkan untuk pembicaraan lebih lanjut tetapi menambahkan: “Kami sedang berkomunikasi dengan Rusia dan kami akan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.”
Ditanya tentang pernyataan Ryabkov soal wacana penempatan militer Rusia di Kuba atau Venezuela, dia menyebut hal itu "gertakan".
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, berjanji kepada mitranya dari Ukraina, Oleksii Reznikov untuk melanjutkan pemberian "bantuan pertahanan" AS untuk membantu membangun kapasitas angkatan bersenjata Ukraina.
Michael Carpenter, perwakilan AS di Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE), menjelaskan bahwa tidak ada kemajuan yang dicapai dalam meredakan ketegangan pada pertemuan kemarin.
“Tabrakan genderang perang terdengar keras, dan retorikanya menjadi agak melengking,” kata Carpenter kepada wartawan.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mengatakan pembicaraan OSCE telah mengkonsolidasikan dukungan internasional untuk Ukraina dalam menghadapi apa yang disebutnya “ultimatum ilegal dan tekanan militer dari Rusia”.