Bisnis.com, JAKARTA—Meski sering menjadi runner-up Piala AFF, namun soliditas dan semangat pantang menyerah Timnas Sepakbola Indonesia pada babak final yang berakhir imbang 2-2 dengan Thailand perlu diapresiasi.
Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta mengaku respek dengan pola permainan Timnas Indonesia sekarang meskipun Indonesia kalah di leg pertama 4-0 dan imbang 2-2 di leg kedua.
Menurutnya, performa tersebut akan menjadi modal bagi Timnas Indonesia ke depan dalam ajang Piala AFF selanjutnya dan kejuaran-kejuaran lainya.
Hanya saja dia memberi catatan asalkan tim tersebut dipertahankan dan tidak bongkar pasang pemain, termasuk pelatih seperti yang sudah-sudah.
"Saya tidak kecewa dibandingkan dengan leg pertama. Di leg kedua para pemain Timnas sudah melakukan hal terbaik, mereka sudah menunjukkan perfoma dahsyatnya," kata Anis Matta, Minggu (2/1). Sebelumnya Partai Gelora menggelar nonton bareng (Nobar) Final Piala AFF 2020 antara Indonesia Vs Thailand pada Sabtu malam.
Dalam acara nobar yang dihadiri tiga mantan pemain Timnas Indonesia, Okto Maniani, Jajang Mulyana dan Gunawan Dwi Cahyo.
Terkait perkembangan tersebut, Anis Matta mengatakan, telah menemukan sebuah keyakinan baru mengenai perlunya 'politik bola'.
"Politik bola yang saya maksud adalah dukungan politik lebih besar secara keseluruhan terhadap bola. Posisikan bola sebagai diplomat internasional, yang mewakili bendera Indonesia dan nama baik sebagai bangsa," katanya.
Dengan demikian perlu pembinaan sepakbola yang dipersiapkan secara matang dengan melibatkan para ahli dan dukungan anggaran yang besar, termasuk penghargaannya kepada para pemain.
"Pendekatan ini, juga perlu dilakukan seluruh cabang olahraga. Makna 'Politik Bola' itu agar kita bisa melakukan pencapaian yang tinggi, mengukir sejarah di AFF, Sea Games atau kejuaraan lainnnya," ujar Anis Matta.
Dalam memberikan penghargaan kepada atlet/olahragawan, pemerintah juga perlu mulai menggunakan metode pengukuran per kapita dengan jumlah populasi, seperti negara-negara lain.
"Misalkan setiap 10 juta penduduk 1 medali emas, kalau 27 juta maka 27 medali emas dan seterusnya. Ini akan mengubah cara kerja sistematis jadi lebih bermakna, saat berprestasi dijamin, ketika pensiun juga diperhatikan negara," tegasnya.
Mantan pemain Timnas Indonesia Okto Maniani menilai, pemain Timnas Indonesia dibawa asuhan Shin Tae-yong memiliki spirit luar biasa, pantang mundur dan tidak mau kalah. Dia berharap PSSI mempertahankan para pemain dan pelatih saat ini.
"Saya setuju perlunya 'politik bola' sehingga melihatnya harus secara keseluruhan. Impian pemain bola itu, masuk Timnas membawa bendera dan nama bangsa Indonesia," kata Okto.
Hal senada disampaikan Jajang Mulyana, eks pemain Timnas Indonesia. Pelatih dan para pemain, kata Jajang, harus dipertahankan tiga tahun lagi, kalaupun ada pergantian satu atau dua pemain saja.