Bisnis.com, JAKARTA-Pengamat dari Parasyndicate Virdika Rizky Utama menilai apabila Nahdlatul Ulama (NU) menjaga jarak dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) akan sangat menguntungkan NU sebagai organisasi.
Hal itu merespon penegasan Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya yang mengatakan NU tidak ingin menjadi alat bagi partai manapun, termasuk PKB.
“Dengan hubungan antar-organisi atau institutsi yang lebih jelas. Mana organ kemasyarakatan dan mana partai politik, ini akan menguntungkan bagi NU menjalankan tugas dan fungsinya,” ujar Virdika kepada Bisnis, Kamis (30/12/2021).
Virdika menuturkan NU di bawah Gus Yahya ingin menjadikan organisasi menjalankan politik nilai, bukan politik praktis. "Pun kalau harus politik, politik NU adalah politik nilai bukan praktis,” ucap penulis buku yang sempat kontroversial ‘Menjerat Gus Dur (2020)’ tersebut.
Dengan komitmen Gus Yahya tersebut, lanjut Virdi, akan sedikit banyak mempengaruhi suara PKB dalam pemilah umum.
“Nah ini jelas akan sedikit berdampak pada suara PKB dalam pemilihan umum nanti. Karena tak ada calon dari pengurus NU, hampir akan mengurangi dukungan suara untuk PKB,” jelasnya
Baca Juga
Meski begitu, menurut Virdi, posisi ini jadi tantangan buat PKB untuk bisa meraup swing voters yang lebih banyak- di luar warga nahdliyin. Caranya harus melakukan pendekatan dan kampanye yang masif, tapi juga menawarkan gagasan yang jelas.
“Bukan cuma sekadar tempel baliho atau poster aja. Mesin partai harus sangat bekerja,” ungkapnya.
Sebelumnya, Gus Yahya mengatakan memang PBNU memiliki hubungan erat dengan PKB. Namun, hal itu tidak serta-merta membuat PBNU sebagai alat pemenangan PKB.
"Relasi NU dengan PKB saya kira alami sekali, karena dulu PKB dulu sendiri diinisiasi, dideklarasikan oleh pengurus-pengurus PBNU, itu satu hal. Tapi, sekali lagi tidak boleh lalu NU ini jadi alat dari PKB atau dikooptasi dengan PKB," kata Yahya, Rabu (29/12/2021).