Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mendesak kekuatan dunia untuk mengambil sikap keras terhadap Iran dalam negosiasi yang bertujuan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir internasional.
Bennett mengeluarkan pernyataan itu ketika pejabat pertahanan dan intelijennya menuju ke Washington untuk membahas pembicaraan yang gagal tersebut.
Israel berharap kekuatan dunia bisa berunding dengan Iran di Wina dengan harapan mampu memulihkan kesepakatan 2015 yang compang-camping.
Pekan lalu, pemerintah garis keras Iran mengatakan segala sesuatu yang dibahas dalam putaran diplomasi sebelumnya dapat dinegosiasikan ulang.
Kemajuan Iran yang berkelanjutan dalam program atomnya semakin meningkatkan taruhan atas keberhasilan perundingan tersebut.
"Saya menyerukan kepada setiap negara yang bernegosiasi dengan Iran di Wina untuk mengambil garis tegas dan menjelaskan kepada Iran bahwa mereka tidak dapat memperkaya uranium dan bernegosiasi pada saat yang sama," kata Bennett kepada kabinetnya kemarin seperti dikutip Aljazsera.com, Senin (6/12/2021).
Baca Juga
“Iran harus mulai membayar harga atas pelanggaran yang dilakukannya.”
Kesepakatan awal, yang dipelopori oleh Presiden Barack Obama saat itu, memberi Iran bantuan yang sangat dibutuhkan dari sanksi ekonomi yang melumpuhkan dengan imbalan pembatasan aktivitas nuklirnya.
Akan tetapi, Presiden Donald Trump saat itu dengan dorongan kuat dari Israel, secara sepihak menarik diri dari kesepakatan pada 2018, sehingga menyebabkan kesepakatan itu batal.
Pembicaraan pekan lalu di Wina dilanjutkan setelah jeda lebih dari lima bulan dan merupakan yang pertama, pemerintah garis keras baru Iran berpartisipasi.
Negosiator Eropa dan Amerika Serikat (AS) menyatakan kekecewaannya dengan posisi Iran dan mempertanyakan apakah pembicaraan akan berhasil.
Israel telah lama menentang kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran, yang dikenal sebagai JCPOA. Israel menyatakan kesepakatan itu tidak cukup dan jauh untuk menghentikan program nuklir negara itu dan tidak membahas apa yang dilihatnya sebagai aktivitas militer Iran yang bermusuhan di seluruh wilayah.
Suara-suara terkemuka di Israel menyayangkan penarikan diri AS dari kesepakatan itu, terutama tanpa rencana darurat untuk program nuklir Iran yang terus berkembang yang disebut mereka kesalahan besar.