Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani Indrawati menyampaikan Indonesia memiliki peran penting terkait dengan kebijakan iklim.
Menurutnya, saat ini Indonesia telah menetapkan target untuk mencapai emisi nol bersih pada 2060, dan target bersyarat untuk menghentikan penggunaan batu bara secara bertahap mulai 2040.
“Sementara sumber energi campuran masih bergantung pada batu bara, kami berkomitmen untuk tidak menambah pembangkit listrik tenaga batu bara baru untuk mencapai carbon net sink pada tahun 2030. Hal ini sangat penting karena sektor ini menyumbang 60 persen dari emisi Indonesia,” ujarnya melalui konferensi virtual ICAEW Indonesia, Selasa (30/11/2021).
Sri Mulyani melanjutkan, peristiwa cuaca ekstrem terkait perubahan iklim, termasuk gelombang panas, banjir dan kebakaran hutan saat ini makin intensif.
“Setiap peningkatan suhu global akan menyebabkan peningkatan korban jiwa, mata pencaharian dan kerusakan ekosistem. Satu dekade terakhir adalah yang terpanas dalam catatan sejarah dan pemerintahan dunia setuju bahwa tindakan bersama sangat diperlukan,” katanya.
Dia menyebut, peran pemerintah Indonesia baru-baru ini menetapkan penerapan pajak karbon dalam Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), telah berkomitmen untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Sustainable Development Goals/UN SDGs).
Baca Juga
Kebijakan tersebut diharapkan dapat mendorong dan meningkatkan implementasi ESG dalam bisnis dan perekonomian Indonesia.
“Kebijakan ini juga bertujuan untuk mencapai target Nationally Determined Contributions (Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional-NDC) pada 2030, untuk mengurangi 29 persen emisi gas rumah kaca secara mandiri dan 41 persen dengan dukungan internasional,” ujarnya.
Adapun, Chief Executive of (The Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) Michael Izza mengatakan, saat ini, para pemimpin dunia terus mengambil inisiatif dan berusaha untuk menemukan solusi yang efektif di tingkat nasional, bilateral, trilateral atau multilateral.
“Mencari pemecahan masalah adalah hal utama yang kami, para akuntan lakukan. Kami adalah profesi yang selalu berusaha menemukan solusi, dan perubahan iklim ini bisa dibilang masalah terbesar yang pernah dihadapi dunia. Dan kita harus bekerja sama, berkolaborasi dengan profesi lain, masyarakat sipil, LSM dan pemerintah untuk memecahkanya,” tutur Michael.