Bisnis.com, JAKARTA - Akademisi Rocky Gerung menilai langkah Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko mendatangi massa aksi Kamisan di Semarang hanya untuk cari muka. Dia pun mengaku tidak heran Moeldoko akhirnya diusir oleh massa aksi.
"Itu kayak cari muka, atau peduli, buktinya enggak ada kepedulian," kata Rocky Gerung dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official, Jumat (19/11/2021).
Menurutnya, langkah Moeldoko untuk mendatangi massa aksi sebatas pencitraan. Rocky mempertanyakan alasan Moeldoko harus datang saat acara Kamisan di Semarang.
"Kalau betul-betul ada konsep, kenapa harus tunggu Kamisan di Semarang. Tanpa ada Kamisan setiap kasus pelanggaran HAM, KSP harusnya addres, tapi enggak ada, Pak Moeldoko mau cari kamera aja di situ, tapi akhirnya diusir," katanya.
Selain itu, menurut Rocky, Moeldoko memiliki catatan panjang soal HAM.
"Pak Moeldoko ya kena batunya, apalagi pak Moeldoko kasusnya masih panjang soal kudetalah, segala macam," kata Rocky.
Dia pun berharap agar kejadian tersebut tidak dianggap sebagai pelecehan terhadap pejabat. Menurutnya, hal ini terjadi sebagai respons dari berbagai aksi yang telah dilakukan masyarakat tetapi tidak pernah mendapat respons pemerintah.
"Jangan sampai soal semacam ini dianggap melecehkan pejabat, bukan, ini soal yang sudah ratusan kali ditunggu di depan Monas dan ngga ada yang berani keluar. Sekarang saat ada isu reshuffle semua menteri buru-buru seolah tampil di publik ingin menyelamatkan demokrasi," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko menjelaskan kronologi penolakan dirinya oleh massa aksi kamisan di Semarang.
Moeldoko mengatakan awalnya dirinya ingin bertemu dengan massa aksi yang tengah menyampaikan aspirasi, di depan hotel PO Jalan Pahlawan pada Kamis (18/11). Saat itu massa aksi juga menyuarakan penolakan atas penyelenggaraan festival HAM.
Moeldoko mengaku ingin memahami apa yang disampaikan oleh massa aksi terkait persoalan HAM masa lalu.
"Saya pak Wali Kota dan Pak Beka Ulung (Komisioner Komnas HAM) di sana intinya saya ingin memahami apa yang ingin disampaikan atas persoalan HAM masa lalu," kata Moeldoko dalam keterangannya, dikutip Jumat (19/11/2021).
Hanya saja, kata Moeldoko, banyak suara dari massa aksi yang menolak dirinya. Dia pun mengaku sudah biasa dan menghormati penolakan tersebut.
"Saya mencoba bicara dengan mereka tapi berbagai suara dari mereka tidak menginginkan atas apa yang saya sampaikan. Itu sesuatu yang biasa, saya hormati," ujarnya.