Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dituding Eksploitasi Pekerja Migran di Proyek Piala Dunia 2022, Ini Jawaban Pemerintah Qatar

Laporan 48 halaman bertajuk Reality Check 2021 dari Amnesty International menyatakan bahwa di tengah persiapan Piala Dunia 2022 di Qatar masih terjadi praktik penangguhan upah serta pungutan kepada pekerja yang ingin beralih pekerjaan, meskipun sudah dilakukan reformasi tenaga kerja pada 2014.
Stadion Internasional Khalifa di Doha, ibu kota Qatar, salah satu venue Piala Dunia 2022./Reuters
Stadion Internasional Khalifa di Doha, ibu kota Qatar, salah satu venue Piala Dunia 2022./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pernyataan Badan Komunikasi Pemerintah Qatar pada Selasa membantah klaim Amnesty International bahwa reformasi tenaga kerja di negaranya tak menciptakan perubahan berarti bagi ribuan pekerja migran di negara Timur Tengah itu.

"Amnesty gagal mendokumentasikan satu cerita pun di antara 242.870 pekerja yang bisa beralih pekerjaan sejak pembatasan diangkat pada September 2020 maupun terkait manfaat yang didapatkan lebih dari 400.000 pekerja yang kini mendapatkan upah minum baru berdasar kenaikan gaji serta berbagai insentif finansial lainnya," ungkap instansi tersebut.

Pemerintah Qatar juga menegaskan tak pernah mengelak dari fakta bahwa sistem tenaga kerja kami masih harus dibenahi.

"Pemerintah berkomitmen untuk mengadakan kolaborasi aktif dan konstruktif dengan rekanan internasional serta kelompok kritik untuk terus meningkatkan standard bagi pekerja migran di Qatar," ungkapnya dalam rilis resmi.

Kisruh hal ini terkait dengan laporan 48 halaman bertajuk Reality Check 2021 dari Amnesty International. Laporan ini menyatakan bahwa di tengah persiapan Piala Dunia 2022 di Qatar masih terjadi praktik penangguhan upah serta pungutan kepada pekerja yang ingin beralih pekerjaan, meskipun sudah dilakukan reformasi tenaga kerja pada 2014.

"Kepuasan diri yang tampak dari pihak berwenang membuat ribuan pekerja terus menghadapi risiko eksploitasi oleh majikan yang tidak bermoral, dengan banyak tidak dapat berganti pekerjaan dan menghadapi pencurian upah," kata direktur program masalah global Amnesty International Mark Dummett sebagaimana dikutip The Guardian.

"Mereka memiliki sedikit harapan untuk pemulihan, kompensasi maupun keadilan. Setelah Piala Dunia, nasib para pekerja yang menetap di Qatar akan semakin tidak pasti."

Isu pekerja migran di Qatar sempat menimbulkan seruan aksi boikot terhadap Piala Dunia 2022. Akan tetapi, kalangan pelaku sepak bola seperti tim nasional Belanda menyatakan bahwa memberi sorotan langsung saat berlaga di Qatar akan memberi dampak lebih besar ketimbang boikot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper