Bisnis.com, JAKARTA - Tokoh senior di Irak mengatakan upaya pembunuhan, serangan pesawat tak berawak di rumah Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhimi terkait dengan kelompok militan dukungan Iran yang berusaha untuk membatalkan hasil pemilu bulan lalu.
Serangan itu menandai eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya antara para pemimpin negara itu dengan kelompok militan yang berusaha membunuh Khadami.
Serangan tersebut merupakan yang pertama terhadap seorang perdana menteri sejak invasi pimpinan AS untuk menggulingkan Saddam Hussein hampir 19 tahun yang lalu.
Mustafa terluka ringan ketika sebuah pesawat tak berawak meledak di dekat pintu depan kediamannya di zona hijau Baghdad.
Tujuh pengawalnya menderita luka berat meskipun tidak ada yang mengancam jiwa.
Data intelijen regional menyatakan serangan itu kemungkinan diluncurkan oleh kelompok-kelompok terkait Iran yang kehilangan dua pertiga kursi parlemen mereka dalam pemilu.
Baca Juga
Mereka mencoba menyerbu zona hijau pada Jumat (5/11/2021), sebelum dipukul mundur oleh pasukan keamanan.
Apakah serangan itu diperintahkan oleh Iran masih belum jelas.
Dominasi politik di Baghdad antara kepentingan nasionalis dan blok-blok yang bersekutu dengan Iran diperebutkan dengan panas dalam kondisi yang semakin tidak dapat diprediksi.
“Kami mengatakan milisi melakukan ini,” kata seorang pejabat Irak yang tidak mau disebutkan namanyan seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (8/11/2021).
Menurutnya, setidaknya pihak Iran pasti tahu dengan serangan itu.
Mustafa kemarin dikabarkan selamat dari serangan drone yang berisi bahan peledak dan melintas di atas kediamannya di Baghdad.
"Sebuah pesawat tak berawak mencoba menargetkan kediaman [Perdana Menteri]," kata pejabat setempat.
Serangan itu menimbulkan ledakan yang mengakibatkan tujuh petugas keamanan pribadi Mustafa terluka. Militer Irak menyatakan Mustafa dalam keadaan sehat dan tidak terluka.
Sementarra itu, AS mengutuk serangan pesawat tak berawak terhadap Mustafa. AS menyebut serangan itu sebagai tindakan terorisme.
"Kami lega mengetahui bahwa perdana menteri tidak terluka. Tindakan terorisme yang nyata ini, yang kami kutuk keras, diarahkan ke jantung negara bagian Irak," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price.
Price menyatakan AS sudah menawarkan bantuan kepada Irak untuk menyelidiki serangan itu.