Bisnis.com, JAKARTA - Geng yang menculik 17 misionaris Amerika Serikat (AS) dan Kanada di Haiti meminta tebusan US$1 juta untuk setiap korban yang diculik, kata seorang pejabat tinggi Haiti, menurut Wall Street Journal (WSJ).
Sebanyak 16 warga AS dan satu orang Kanada diculik oleh geng bersenjata "400 Mawozo" pada Sabtu (16/10/2021) setelah mengunjungi sebuah panti asuhan di Croix-des-Bouquets.
Kota itu terletak di pinggiran timur laut ibukota Port-au-Prince, kata para pejabat pada akhir pekan.
Menteri Kehakiman Haiti, Liszt Simply mengatakan, bahwa para misionaris itu ditahan di sebuah rumah persembunyian tepat di luar pinggiran kota oleh geng tersebut. Mereka menuntut total US$17 juta untuk pembebasan kelompok tersebut, menurut WSJ seperti dikutip CNN.com, Selasa (19/10/2021).
FBI dan polisi Haiti telah melakukan kontak dengan para penculik dan menambahkan bahwa negosiasi bisa memakan waktu berminggu-minggu, kata Simply kepada WSJ.
Misionaris yang diculik berafiliasi dengan Christian Aid Ministries yang berbasis di Ohio.
Baca Juga
Lembaga itu mengonfirmasi penculikan tersebut pada hari Minggu (17/10/2021) dalam sebuah pernyataan dengan mengatakan kelompok yang diculik itu terdiri dari lima pria, tujuh Wanita, dan lima anak-anak.
Simply mengatakan kepada WSJ bahwa lima anak yang diculik termasuk bayi berusia 8 bulan dan anak di bawah umur 3, 6, 14 dan 15 tahun.
Para misionaris telah mengunjungi panti asuhan Maison La Providence de Dieu di Croix-des-Bouquets sebelum diculik.
Dan Hooley, mantan direktur lapangan untuk Christian Aid Ministries di Haiti, mengatakan bahwa semua misionaris yang diculik diyakini berada dalam satu kendaraan.
Beberapa di antara mereka dapat menghubungi direktur lokal organisasi tersebut sebelum dibawa.
"Beberapa rekan segera mengirim pesan kepada direktur dan memberi tahu apa yang sedang terjadi. Dan salah satu dari mereka berhasil menjatuhkan pin dan itu adalah hal terakhir yang diketahui (organisasi) sampai para penculik menghubungi mereka di kemudian hari," kata Holey seperti dikutip CNN.com, Selasa (19/10/2021).
Penculikan mereka adalah bagian dari gelombang penculikan tanpa pandang bulu yang menjadi lebih berani karena negara itu mengalami ketidakstabilan politik, kerusuhan sipil, kurangnya perawatan kesehatan yang berkualitas dan kemiskinan yang parah.